BAB I
PENDAHULUAN
Al-Qur'an sebagai
pedoman hidup manusia mengatur kehidupan dari berbagai aspek mulai dari aspek
sosial, ekonomi, ibadah, pendidikan dan lain sebagainya. Dalam aspek pendidikan
al-Qur'an menegaskan mulai dari pentingnya menuntut ilmu, tujuan pendidikan,
metode pengajaran sampai dengan pentingnya seorang peserta didik dalam dunia
pendidikan. Karena pendidikan merupakan bimbingan yang dilakukan oleh seorang
dewasa kepada terdidik dalam masa pertumbuhan agar ia memiliki kepribadian yang
islami. Dari satu segi kita melihat bahwa pendidikan itu lebih banyak ditujukan
kepada perbaikan sikap mental yang akan terwujud dalam amal perbuatan, baik
bagi keperluan diri sendiri maupun orang lain. Dalam pendidikan itu tidak hanya
keluarga yang merupakan factor utama pendidikan dasar, akan tetapi sekolah atau
dunia luar pun sangat diutamakan dalam mendidik seseorang.
Dan pendidik
sebagai subyek yang melaksanakan pendidikan, karena pendidik mempunyai peranan
penting untuk berlangsungnya pendidikan, baik atau tidaknya pendidik
berpengaruh besar terhadap hasil pendidikan bagi peserta didik yang merupakan
obyek terpenting dalam pendidikan. Hal ini disebabkan perbuatan atau tindakan
mendidik itu diadakan atau dilakukan hanyalah untuk membawa peserta didik
kepada tujuan pendidikan yang dicita-citakan. Menurut pendapat Imam Al-Ghazali,
bahwa anak adalah amanah Allah dan harus dijaga dan dididik untuk mencapai keutamaan
dalam hidup dan mendekatkan diri kepada Allah, kedua orang tuanyalah yang akan
mengukir dan membentuknya menjadi mutiara yang berkualitas tinggi dan disenangi
semua orang karena semua bayi yang dilahirkan kedunia ini, bagaikan sebuah
mutiara yang belum diukur dan belum berbentuk tapi amat bernilai tinggi. Maka
ketergantungan anak kepada pendidiknya termasuk kepada kedua orang tuanya,
tampak sekali.
BAB II
PEMBAHASAN
KONSEP PESERTA DIDIK
DALAM PENDIDIKAN ISLAM
A. Pengertian Peserta
Didik
Secara kodrati anak memerlukan pendidikan atau bimbingan dari orang
dewasa. Dasar kodrati ini dapat dimengerti dari kebutuhan-kebutuhan dasar yang
dimiliki oleh setiap anak yang hidup di dunia ini. Kebutuhan yang harus
dipenuhi serta berbagai potensi maupun disposisi untuk dididik, dibimbing dan
diarahkan sehingga dapat mengaktualisasikan dirinya dalam kehidupan. Dan
membentuk anak didik itu harus sesuai dengan tujuan pengajaran yang diharapkan
maka pengajaran harus disesuaikan dengan keadaan dan tingkat kemampuan anak,
karakteristik, minat dan lain sebagainya. Itulah sebabnya murid merupakan objek
didik dalam pendidikan. Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada
jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. Ia adalah pelanggan utama (main
customer) mendapat pelayanan dalam proses pendidikan. Dengan perkataan lain
proses pendidikan akan bermakna jika dilakukan oleh, dari, dan untuk peserta
didik.
Sehingga dari segala potensi yang
dimiliki oleh seorang manusia dapat mengembangkan kepribadian diri dan orang
lain menuju kesempurnaan
(insal kamil). Perkembangan individu
(peserta
didik) disamping ditentukan oleh aspek dasar
(fitrah) juga
dipengaruhi oleh faktor ajar
(lingkungan).
B. Kebutuhan Peserta
Didik
Pemenuhan kebutuhan siswa disamping bertujuaan
untuk memberikan materi kegiatan setepat mungkin, juga materi pelajaran yang
sudah disesuaikan dengan kebutuhan biasanya menjadi lebih menarik. Dengan
demikian akan membantu pelaksanaan proses belajr-mengajar.
Kebutuhan manusia dibedakan menjadi 2 yaitu
:
1.
Kebutuhan primer, yaitu kebutuhan jassmani seperti
makan, minum, seks, dan sebagainya.
2. Kebutuhan sekunder,
yaitu kebutuhan rohani.
Adapun yang menjadi kebutuhan siswa antara lain
:
1. Kebutuhan Jasmani
Hal ini berkaitan dengan tuntutan siswa yang
bersifat jasmaniah. Diantaranya missal ruang kelas yang memadai, sarana yang
menunjang.
2. Kebutuhan Rohaniah
Hal ini berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan
siswa yang bersifat rohaniah, missal , siswa merasa puas dengan segala
penjelasan dari seorang guru karena penjelasanya memahamkan.
3. Kebutuhan Sosial
Pemenuhan keinginan untuk saling bergaul
sesasama peserta didik dan Pendidik serta orang lain. Dalam hal ini sekolah
harus dipandang sebagai lembagai tempat para siswa belajar, beradaptasi,
bergaul sesama teman yang berbeda jenis kelamin, suku bangsa, agama, status
sosial dan kecakapan.
4. Kebutuhan Intelektual
Setiap siswa tidak sama dalam hal minat untuk
mempelajari sesuatu ilmu pengetahuan. Dan peserta didik memiliki minat serta
kecakapan yang berbeda beda. Untuk mengembangkannya bisa ciptakan
pelajaran-pelajaran ekstra kurikuler yang dapat dipilih oleh siswa dalam
rangkan mengembangkan kemampuan intelektual yang dimilikinya.
C. Peserta Didik
Sebagai Subjek Belajar
Peserta didik adalah salah satu komponen
manusiawi yang menempati posisi sentral dalam proses belajar mengajar. Didalam
proses belajar-mengajar, peserta didik sebagai pihak yang ingin meraih
cita-cita dan memiliki tujuan dan kemudia ingin mencapainya secara optimal.
Jadi dalam proses belajar mengajar yang perlu diperhatikan pertama kali adalah
peserta didik, bagaimana keadaan dan kemampuannya, baru setelah itu menentukan
komponen-komponen yang lain. Apa bahan yang diperlukan, bagaimana cara yang
tepat untuk bertindak, alat dan fasilitas apa yang cocok dan mendukung, semua
itu harus disesuaikan dengan keadaan ataukarakteristikpeserta didik. Itulah
sebabnya peserta didik merupakan subjek belajar. Ada beberapa hal yang harus dipenuhi oleh
peserta didik sebagai subjek belajar yaitu :
1. Mememahami dan menerima
keadaan jasmani
2. Memperoleh hubungan yang
memuaskan dengan teman-teman sebayanya.
3. Mencapai hubungan yang
lebih “matang” dengan orang dewasa
4. Mencapai kematangan
Emosional
5. Mencapai kematangan
intelektual
6. Membentuk pandangan hidup
7. Mempersiapkan diri untuk
mendirikan rumah tangga sendiri.
Ayat Al Qur’an yang membahas
pentingnya seorang peserta didik, diantaranya :
1.
Surat At-Taubah Ayat 122
.
وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنفِرُواْ كَآفَّةً فَلَوْلاَ نَفَرَ مِن
كُلِّ
فِرْقَةٍ مِّنْهُمْ طَآئِفَةٌ لِّيَتَفَقَّهُواْ فِي الدِّينِ
وَلِيُنذِرُواْ قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُواْ إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ
يَحْذَرُونَ
Artinya
:
"Tidak
sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa
tidak pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa orang untuk
memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan
kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat
menjaga dirinya".
Penjelasan :
Dalam surat
At-Taubah ayat 122 diatas menjelaskan tentang suatu kaum yang mana sebagian
dari kaum tersebut diperintahkan untuk mencari ilmu dan sebagian yang lain
diperintahkan untuk berjihad di jalan Allah, karena sesungguhnya berjihad itu
merupakan fardhu kipayah bagi manusia. Makna dari fardhu kifayah tersebut
adalah apabila dalam sebuah kaum atau Negara yang mana sebagian diantara mereka
pergi melaksanakan jihad, maka dosa yang lainnya akan hilang, salah satunya
adalah jihad tadi, menegakkan kebenaran, menegakan hukum, memisahkan yang
berseteru dan sebagainya. Dan fardhu 'ain adalah kewajiban yang harus
dilaksanakan oleh setiap muslim yang baligh dan berakal, seperti : shalat,
zakat dan puasa.
Adapun
sebahagian kecil dari mereka yang kembali setelah mencari ilmu, mereka wajib
untuk untuk memberikan pengetahuan dan berdakwah kepada orang lain karena
mencari ilmu itu mengajak orang menuju jalan yang lurus. Menuntut ilmu
merupakan keutamaan yang paling besar dan memiliki kedudukan yang paling mulia,
sebagaimana hadits Rasul yang diriwayatkan oleh Muslim : "Barang siapa
yang Allah kehendaki menjadi baik maka dia akan difahamkan oleh agama".
Dan diriwayatkan pula oleh Imam Turmudzi dari Abi Darda : "Aku mendengar
Rasulullah SAW bersabda : "Barang siapa menjalani suatu jalan untuk
menuntut ilmu, maka dianugerahi Allah kepadanya jalan ke syurga, dan
sesungguhnya malaikat-malaikat merebahkan sayap-sayapnya karena ridha untuk
orang yang mencari ilmu, dan sesungguhnya orang yang berilmu akan dia mohon
ampunkan baginya oleh makhluk yang ada dilangit dan dibumi, dan keutamaan orang
yang berilmu dan orang yang beribadah tanpa ilmu bagaikan keutamaan bulan
purnama diantara bintang-bintang, dan sesungguhnya ulama itu pewaris para nabi,
dan para nabi itu tidak mewariskan dinar ataupun dirham akan tetapi mereka
mewariskan ilmu, dan barang siapa yang diwarisi ilmu maka ia akan mendapatkan
keuntungan yang banyak". Belajar mempunyai peranan yang penting dalam
kehidupan. Dengan belajar orang jadi pandai, ia akan mengetahui terhadap segala
sesuatu yang dipelajarinya. Tanpa belajar, orang tidak akan mengetahui sesuatu
pun, disamping belajar dapat untuk menambah ilmu pengetahuan baik teori maupun
praktrk, belajar juga dinilai sebagai ibadah kepada Allah. Orang yang belajar
sungguh-sungguh disertai niat ikhlas ia akan memperoleh pahala yang banyak.
Belajar juga dinilai sebagai suatu perbuatn yang dapat mendatangkan ampunan
dari Allah S.W.T. orang yang belajar dengan niat ikhlas kepada Allah diampuni
dosanya.
2.
Surat Asy-Syu'aro Ayat 214 :
وَأَنذِرْ
عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِينَ
Artinya :
"Dan
berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat".
Penjelasan
Dalam surat
Asy-Syu'aro ayat 214 diatas menjelaskan bahwa hendaklah seorang pendidik
memberikan pendidikan kepada anak didik yang terdekat, maksudnya yang harus
lebih diutamakan dalam mendidik adalah kepada saudara, keluarga, dan
sebagainya. Setelah memberikan pendidikan kepada saudara dan keluarga kemudian
orang lain.
Adapun
pengertian keluarga disini adalah meliputi istri, anak, hamba sahaya dan amat
yang wajib mendapatkan pendidikan berupa pemberian ilmu tentang hal-hal yang
wajib dikerjakan dalam agama, serta anak didik yang memiliki pengertian
seseorang atau sekelompok orang orang (tahap batas usia dan kedewasaan) yang
menerima pemeliharaan, arahan, bimbingan dan pendidikan dari seorang pendidik,
memiliki hubungan kekeluargaan pun atau tidak, tetapi diantara keduanya
memiliki hubungan yang dilandasi rasa kasih sayang dan tanggung jawab.
3.
Surat At-Tahrim Ayat 6 :
ياأيها الذين أمنوا قوا
أنفسكم وأهليكم نارا........الآية
Artinya :
"Hai
orang-orang yang beriman jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka……".
D. Pengembangan
Individu Peserta Didik
Tujuan pendidikan nasional pada khususnya
dan pembangunan pada umumnya adalah ingin menciptakan “Manusia Seutuhnya”
maksudnya yaitu manusia yang lengkap, selaras, serasi dan seimbang perkembangan
semua segi kepribadiannya. Manusia
seutuhnya adalah individu-individu yang mampu menjangkau segenap hubungan
dengan tuhan, dengan lingkungan atau alam sekeliling, dengan manusia lain dalam
suatu kehidupan sosial yang kontruktif dan dengan dirinya sendiri.
Individu-individu yang demikian pada dirinya terdapat suatu kepribadian terpadu
baik undur akal pikiran, perasaan, moral dan keterampilan (cipta, rasa dan karsa),
jasmani maupun rohani yang berkembang secara penuh.
Ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan peserta didik
1.
Aliran Natifisme
Perkembangan individusemata-mata ditentukan
oleh faktor bawaan dan keturunan. Contohnya : wajah dan perilakuseseorang akan
berkembang sesuai dengan wajah dan perilaku orang tuanya.
2.
Aliran Empirisme
Perkembangan
individu semata-mata ditentukan oleh faktor luar atau lingkungan.
3.
Aliran Konvergensi
Perkembangan
individu dipengaruhi baik oleh faktor bawaan maupun oleh faktor lingkungan.
E. Karakteristik
Peserta Didik
Karakteristik peserta didik adalah
keseluruhan kelakuan dan kemampuan yang ada pada peserta didik sebagai hasil
dari pembawaan dan lingkungan sosialnya sehingga menentukan pola aktivitas
dalam meraih cita-cintanya. Dengan
demikian, penentuan tujuan belajar itu sebenarnya harus dikaitkan atau
disesuaikan dengan keadaan atau karakteristik peserta didik itu sendiri.
Ada tiga hal hal yang perlu diperhatikan dalam
karakteristik peserta didik yaitu:
1. Karakteristik atau keadaan
yang berkenaan dengan kemampuan awal seperti misalnya kemampuan intelektual,
kemampuan berfikir, mengucapkan hal-hal yang berkaitan dengan aspek psikomotor
dan lainnya.
2. Karakteristik yang
berhungan dengan latar belakang dan status sosial (socioculture)
3. Karakteristik yang
berkenaan dengan perbedaan-perbedaan kepribadian seperti sikap, perasaan, minat
dan lain-lain.
Pengetahuan mengenai karakteristik peserta
didik ini memiliki arti yang cukup penting dalam interaksi belajar mengajar.
Terutama bagi guru, informasi mengenai karakteristik peserta didik senantiasa
akan sangat berguna dalam memilih dan menentukan pola-pola pengajaranyang lebih
baik, yang dapat menjamin kemudahan belajarbagi setiap peserta didik.
Fakta tentang pembelajaran yang kurang berbasis peserta didik dan
berdampak pada ketidakefektifan pembelajaran, antara lain dialami oleh: “(1)
Winston Churchill salah seorang pemimpin dan orator terbesar pada abad ke-20,
ia memperoleh nilai buruk dalam tugas-tugasnya di sekolah dan gagap dalam
berbicara; (2) Albert Einstein ilmuan terbesar pada zamanya, Ia gagal dalam
pelajaran matematika di SMA; (3) Thomas Alva Edison dipukul di sekolahnya
karena gurunya menganggap dia suka bingung, dan terlalu banyak bertanya; dan
(4) Woodrow Wilson seorang Presiden Amerika Serikat belum bisa membaca hingga
berusia sebelas tahun. Mereka punya persamaan perlakuan dalam pembelajaran,
yakni menjalani proses pembelajaran yang tidak cocok dengan gaya belajarnya. Hampir semua murid
berprestasi rendah adalah anak muda yang gaya
belajarnya tidak cocok dengan gaya
mengajar di sekolah. Penelitian menyimpulkan 93 persen dari seluruh
pembelajaran terjadi di bawah sadar. Kunci menuju keberhasilan dalam belajar
adalah mengetahui gaya
belajar (visual, audio, dan kinestetik) yang unik dari setiap orang, menerima
kekuatan sekaligus kelemahan diri sendiri, dan sebanyak mungkin menyesuaikan
preferensi pribadi dalam setiap situasi pembelajaran individual”,
Pakar pembelajaran sependapat, bahwa; “karakteristik peserta
didik adalah satu variabel yang paling berpengaruh dalam pembelajaran. Model
pembelajaran apapun yang dikembangkan dan/atau strategi apapun yang dipilih
untuk keperluan pembelajaran haruslah berpijak pada karakteristik perseorangan
dan/atau kelompok dari siapa yang belajar”,
pendapat dari pakar lain juga mengatakan “Karakteristik peserta didik
didefinisikan sebagai aspek atau kualitas perseorangan peserta didik seperti
bakat, motivasi belajar, dan kemampuan awal yang telah dipelajari dan
dimilikinya dan berguna sebagai pijakan dalam pemilihan strategi pembelajaran
yang optimal. Hal ini sangatlah penting dalam meningkatkan kebermaknaan
pembelajaran yang selanjutnya membawa dampak dalam memudahkan proses internal
yang berlangsung ketika peserta didik mengkonstruksi informasi yang disampaikan
kepadanya”.
Karakteristik
peserta didik juga di gambarkan dalam surat Al-Kahfi ayat 60
yang berbunyi :
واذ قال موسى لفتاه لأ أبرح حتى أبلغ مجمع
البحرين أو أمضى حقبا
Artinya:
"Dan (ingatlah) ketika musa berkata kepada muridnya : "aku tidak
akan berjalan (berhenti) sebelum sampai ke pertemuan dua buah lautan, atau aku
akan berjalan sampai bertahun-tahun".
Nabi
Musa A.S pada ayat di atas nampak memiliki semangat yang tinggi untuk terus
menerus belajar walaupun dia telah menjadi seorang guru. Ini menunjukan bahwa
salah satu karakteristik yang harus dimiliki akan murid adalah semangat untuk
belajar.
Al-Qur'an memberikan gambaran dengan beberapa kisahnya
tentang perilaku yang membedakan seseorang dengan yang lain,seorang
murid yang ideal hendaknya memiliki sikap sebagai berikut :
1.
Anak didik hendaknya mempunyai niat yang suci dalam hatinya
sehingga mudah mencerna dan memahami pelajaran.
2.
Seorang anak didik haruslah memiliki motivasi yang tinggi
untuk menggali dan memahami suatu ilmu.
3.
Anak didik harus tekun, dengan memperhatikan pelajaran
secara serius.
4.
Patuh dan hormat terhadap guru
5.
Hendaklah
bermusyawarah dalam menghadapi permasalahan yang sulit ketika menuntut ilmu.
Adapun Karakteristik
( karakteristik, ciri, tabiat; sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi
pekerti: Kamus Bahasa
Indonesia, 2008)) Peserta Didik yang mempengaruhi kegiatan
belajar peserta didik antara lain
:
a.
Anak merasa kesepian dan menderita. Dia menganggap
tak ada orang yang mau mengerti, memahami, dirinya, dan menjelaskan hal-hal
yang dirasakan-nya.
b.
Reaksi pertama anak ialah protes terhadap sekitarnya, yang dirasakan tiba-tiba memusuhi, menerlantarkan, dan
tidak mau mengerti.
c.
Memerlukan teman yang dapat memahami, menolong,
dan turut merasakan suka-duka yang dialaminya.
d.
Mulai tumbuh dorongan untuk mencari pedoman hidup,
mencari sesuatu yang dipandang bernilai, pantas dijunjung tinggi dan dipuja.
e.
Anak mengalami goncangan batin. Dia tidak mau
memakai lagi pedoman hidup masa kanak-kanaknya, tetapi ia juga belum mempunyai
pedoman hidup yang baru.
f.
Merasa tidak tenang, banyak kontradiksi dalam
dirinya. Dia merasa mampu, tetapi tidak tahu bagaimana mewujudkannya.
g. Anak mulai mencari
dan membangun pendirian atau pandangan hidupnya.
F. Tuntutan terhadap kemampuan peserta didik
Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, pendidikan bertujuan membekali peserta didik dengan kemampuan akademik yang tinggi agar
dapat melanjut-kan studinya ke perguruan yang lebih tinggi. Ini
berarti, kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah mereka menyelesaikan pendidikannya terdiri
dari sub-sub kemampuan berikut :
- Pemahaman spiritualitas keagamaan
yang diyakini peserta didik serta kebiasaan mengamalkannya dalam kehidupan
sehari-hari.
- Penguasaan secara solid dan
komprehensif kerangka dasar berbagai disiplin
- Pemilikan kemauan, kebiasaan, dan
kesanggupan untuk mengakses,mempel-ajari, memilih, dan mengorganisasikan
informasi dengan memanfaatkan pelbagai sumber, termasuk sumber
elektronik/komputer.
- Penguasaan komunikasi dan kesanggupan
berinteraksi secara terhormat di tengah-tengah masyarakat yang beragam.
- Pemilikan kemampuan bekerja sama
dengan orang lain.
- Pemahaman, pengembangan, dan
pembaharuan potensi dan kemampuan diri sendiri, serta kesanggupan
mengambil keputusan terbaik tentang masa depannya.
- Pemilikan kesanggupan untuk
menikmati, mengapresiasi, dan mengekspre-sikan nilai-nilai keindahan.
PENUTUP
Pada dasarnya anak memiliki sifat: rasa ingin tahu dan berimajinasi.
Anak desa, anak kota, anak orang kaya, anak orang miskin, anak Indonesia, atau
anak bukan Indonesia – selama mereka normal – terlahir memiliki kedua sifat
itu. Kedua sifat tersebut merupakan modal dasar bagi berkembangnya
sikap/berpikir kritis dan kreatif. Kegiatan pembelajaran merupakan salah satu
lahan yang harus kita olah sehingga subur bagi berkembangnya kedua sifat,
anugerah Tuhan, tersebut. Suasana pembelajaran dimana guru memuji anak karena
hasil karyanya, guru mengajukan pertanyaan yang menantang, dan guru yang
mendorong anak untuk melakukan percobaan, misalnya, merupakan pembelajaran yang
subur seperti yang dimaksud. Sehingga Pendidikan agama di sekolah sangat penting untuk pembinaan dan
penyempurnaan pengetahuan siswa tentang ajaran agama sehingga mereka taat
melaksanakan ajaran agamanya terutama mengenai ibadah. Kerjasama pihak sekolah
dan keluarga siswa sangat membantu keberhasilan dari pendidikan agama Islam.
Karena faktor keluarga juga sangat penting dalam pengamalan ibadah siswa
sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Ustadz
DR. Wahbah Ar-Rahili, At-Tafsir Al-Muniir (Fil'aqidah Wasyari'ah Walmanhaj),
Beirut, Libanon : Darul Fikri Al-Ma'ashir, 1991 M/1411 H, Cet. 1, hal. 316.
Dra.
Hj. Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam (IPI) Untuk IAIN, STAIN, PTAIS,
Bandung : Pustaka Setia, 1998, cet. 2.
Asri Budiningsih “Pembelajaran Moral”. 2004
Barbara Prashning “The Power of Learning Styles”. 2007
Suryabrata, S. (2002). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press.
Ramayulis, Prof. DR. H. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta:
Kalam Mulia, 2004, Cet ke-4
Dra.
Hj. Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam (IPI) Untuk IAIN, STAIN, PTAIS,
Bandung : Pustaka Setia, 1998, cet. 2.
Al-Ustadz DR. Wahbah Ar-Rahili, At-Tafsir
Al-Muniir (Fil'aqidah Wasyari'ah
Walmanhaj), Beirut, Libanon : Darul Fikri Al-Ma'ashir, 1991 M/1411 H, Cet.
1, hal. 316.
Barbara Prashning (2007) “The Power of Learning Styles”.
Asri Budiningsih (2004) “Pembelajaran
Moral”.
Pusat bahasa Departemen
pendidikan nasional, kamus Bahasa indonesia: jakarta,
pusat bahasa, 2008
Suryabrata, S. (2002). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press.