Saturday, December 29, 2012
Wednesday, November 28, 2012
REPUBLIK ARAB MESIR
Posted By:
aing
on 6:26 PM
A. LATAR BELAKANG
Republik Arab Mesir luasnya kurang lebih satu juta
kilometer persegi dan terletak di bagian timur laut benua Afrika dan
Semenanjung Sinai di barat daya benua Asia.
Secara etnis, Mesir terdiri dari suku Ejipsi,
Badui, dan Barbar. Agama Islam adalah agama
negara di Mesir, dan bahasa Arab bahasa resmi negara. Cita-cita
demokrasi terus dikembangkan dengan berbagai cara untuk menentang feodalisme,
monopoli dan eksploitasi. Pendidikan wajib selama lima tahun pada pendidikan
dasar, dan dapat ditambah ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi.Pendidikan
adalah garis pada seluruh sekolah-sekolah negeri. Negara mengawasi seluruh
kegiatan pendidikan dan menjamin otonomi universitas dan pusat-pusat penelitian
dengan catatan bahwa semua kegiatan itu diharapkan pada usaha-usaha keperluan
masyarakat dan pada peningkatan produktifitas. Penghapusan buta huruf
(iliterasi) merupakan tugas nasional, dan Islam adalah pelajaran dasar dalam
kurikulum.
B. POLITIK DAN TUJUAN PENDIDIKAN
Dalam tahun 1987, Kementrian Pendidikan menyatakan
tujuan utama pendidikan adalah sebagai berikut :
- Pendidikan dimaksudkan untuk
menegakkan demokrasi dan persamaan kesempatan, serta pembentukan
individu-individu yang demokratis.
- Pendidikan juga dimaksudkan sebagai
pembangunan bangsa menyeliruh, yaitu menciptakan hubungan fungsional
antara produktifitas pendidikan dan pasar kerja,
- Pendidikan juga harus diarahkan pada
penguatan rasa kepemilikan individu terhadap bangsa, dan penguatan atas
budaya dan identitas Arab.
- Pendidikan harus menggiring
masyarakat pada pendidikan sepanjang hayat melalui peningkatan diri dan
pendidikan diri sendiri.
- Pendidikan harus mencakup
pengembangan ilmu dan kemampuan tulis baca, berhitung, bahasa-bahasa
selain bahasa arab, cipta seni, serta pemahaman atas lingkungan.
- Pendidikan bertujauan pula sebagai
kerangka kerja sama dalam pengembangan kurikulum dan penilaian.
C. STRUKTUR DAN
JENIS PENDIDIKAN
1.
Sistem Pendidikan Formal
Sistem pendidikan Mesir mempunyai dua struktur parallel:struktur sekuler
dan struktur keagamaan Al-Azhar.
2.
Sistem Sekolah Sekuler
3.
Sistem Sekolah Al-Azhar
4.
Pendidikan Vokasional dan Teknik
5.
Pendidikan Nonformal
D. MANAJEMEN
PENDIDIKAN
- Otorita
Sistem pendidikan Mesir adalah tanggung jawab
Kementrian Pendidikan negara, mereka bertanggung jawab atas segala sesuatu
untuk menjamin terselenggaranya operasional sekolah dengan efisien.
- Pendanaan
Mesir menerima bantuan dari Bank Dunia, UNICEF,
UNESCO, dan negara-negara sahabat seperti Amerika Serikat, German, Kerajaan
Inggris (UK), dan negara-negara Ara
- Personalia
Kementrian Pendidikan memiliki hampir 2000 staf
profesional dan staf pendukung, biasanya dipilih dengan cermat. Pada umumnya,
yang dipilih adalah mereka yang telah menunjukan keterampilan mengajar yang
sangat baik.
- Kurikulum dan Metode Pengajaran
Di Mesir kurikulum adalah hasil pekerjaan tim yang
terdiri dari konsultan, supervisor, para ahli, para profesor pendidikan, dan
guru-guru yang berpengalaman.
- Ujian, Kenaikan Kelas, dan Sertifikasi
Sistem ujian di Mesir sangat mempengaruhi
pemikiran murid, orang tua serta pejabat pendidikan karena begitu pentingnya
hasil ujian. Ujian naik kelas ditetepkan pada Grade 2,4, dan 5 dan ujian negara pertama dilaksanakan pada akhir Grade 8. Murid yang lulus mendapat
sertifikat pendidikan dasar, dan dengan itu dapat melanjutkan ke pendidikan
yang lebih tinggi. Oleh sebab itu adalah menjadikan ujian sebagai bagian dari
proses belajar.
- Evaluasi dan Penelitian Pendidikan
Penelitian pendidikan di Mesir bermula dengan
pendirian Istitut Pendidikan keguruan dalam tahun 1929.
E. REFORMASI DAN
ISU-ISU PENDIDIKAN
Pada awal
tahun 1990-an terjadi reformasi dalam berbagai aspek sistem pendidikan di
Mesir. Salah satu perubahan yang cukup berkesan adalah pengurangan waktu
belajar pada sekolah dasar dari 6 tahun menjadi 5 tahun. Perubaha yang lain
ialah ialah meningkat nya proporsi generasi muda yang memasuki sekolah menengah
teknik. Hal ini telah mendorong dan memberi pengaruh sampai pada perubahan
kurikulum penilaian, dan keadaan pengangguran di Mesir.
Sebagai akibat dari perkembangan pendidikan yang
begitu cepat, sistem pendidikan Mesir mengalami banyak kelemahan, di antaranya,
kekurangan guru yang memenuhi kualifikasi, program-program yang tidak mencukupi
jumlahnya, tingginya tingkat putus sekolah (dropouts),
gedung-gedung sekolah yang tidak cukup jumlahnya, dan rasio murid-guru yang
masih tinggi.
MODEL-MODEL KONSEP KURIKULUM
Posted By:
aing
on 6:24 PM
PENDAHULUAN
Kurikulum memegang
kedudukan kunci dalam pendidikan. Sebab berkaitan dengan penentuan arah, isi
dan proses pendidikan, yang pada akhirnya menentukan macam dan kualifikasi
lulusan suatu lembaga pendidikan, kurikulum menyangkut rencana dan pelaksanaan
pendidikan baik dalam lingkup kelas, sekolah, daerah, wilayah maupun nasional,
semua orang berkepentingan dengan kurikulum, sebab kita sebagai orang tua, sebagai
warga masyarakat, sebagai pemimpin formal ataupun informal selalu mengharapkan
tumbuh dan berkembangnya anak, pemuda dan generasi muda yang lebih baik, lebih
cerdas, lebih berkemampuan. Kurikulum mempunyai andil yang cukup besar dalm
melahirkan harapan tersebut.
Mengingat pentingnya
peran dan fungsi kurikulum memang sudah sangat disadari dalam sistem pendidikan
nasional. Ini dikarenakan kurikulum merupakan alat yang mendesak dalam
merealisasikan program pendidikan. Sehingga gambaran ataupun tujuan dalam
sistem pendidikan dapat terlihat jelas dalam kurikulum tersebut. Pada
hakikatnya sistem kurikulum itu merupakan sistem pendidikan itu sendiri. Oleh
karena itu, setiap guru dan tenaga kependidikan lainnya harus memahami
kurikulum sekolah tempat mereka bertugas, agar sesuai dengan kurikulumnya.
Pada masalah ini,
kelompok kami akan mencoba menjelaskan yang termasuk dalam metode-metode
kurikulum, ada empat metode yaitu kurikulum subjek Akademis, kurikulum
Humanistic, kurikulum Rekonstruksi sosial dan kurikulum Teknologi. Maka dari
itu kami mohon maaf apabila ada kesalahan-kesalahan. Untuk kesempurnaan makalah
ini, kami menerima kritik dan saran.
PEMBAHASAN
MODEL-MODEL
KONSEP KURIKULUM
1.
Kurikulum
Subyek Akademis
Kurikulum subyek
akademis bersumber dari pendidikan klasik (perenialisme
dan esensialisme) yang berorientasi
pada masa lalu. Semua ilmu pengetahuan nilai-nilai telah ditemukan oleh para
pemikir masa lalu. Fungsi pendidikan dan mewariskan hasil-hasil budaya masa
lalu tersebut. Kurikulum ini lebih mengutamakan isi pendidikan. Belajar adalah
berusaha menguasai ilmu sebanyak-banyaknya. Orang yang berhasil dalam belajar
adalah orang yang menguasai seluruh atau sebagian besar isi pendidikan yang
diberikan atau disiapkan oleh guru. Guru sebagai penyampai bahan agar memegang
peranan penting. Mereka harus menguasai pengetahuan yang ada dalam kurikulum.
Ia harus menjadi ahli dalam bidang-bidang studi yang diajarkannya. Lebih jauh
guru dituntut bukan hanya menguasai materi pendidikan, tetapi ia juga menjadi
model bagi para siswanya. Kurikulum subyek akademis tidak berarti hanya
menekankan pada materi yang disampaikan, dalam perkembangannya secara berangsur
memperhatikan proses belajar yang dilakukan siswa. Proses belajar yang sangat
bergantung pada segi apa yang dipentingkan dalam materi pelajaran tersebut.
Karakteristik
kurikulum subyek akademis
Tujuan kurikulum
subyek akademis adalah pemberian pengetahuan yang solid serta melatih para
siswa menggunakan ide-ide dan proses “penelitian”. Metode yang paling banyak
digunakan adalah ekspositori dan inkuiri. Evaluasi kurikulum subyek akademis
menggunakan bentuk evaluasi sesuai dengan tujuan dan sifat mata pelajaran.
a. Peranan
guru sangat dominan
b. Kurikulum
menekankan isi atau materi ajaran
c. Penyajian:
ekspositori dan inkuiri.
2.
Kurikulum
Humanistik
Ø Konsep dasar
Kurikulum
humanistic dikembangkan oleh para ahli pendidikan humanistic. Kurikulum ini
berdasarkan konsep aliran pendidikan pribadi. Aliran ini lebih memberikan
tempat utama kepada siswa. Mereka bertolak dari asumsi bahwa anak atau siswa
adalah yang pertama dan utama dalam pendidikan. Mereka percaya bahwa siswa
mempunyai potensi, punya kemampuan, dan kekuatan untuk berkembang. Pandangan
mereka berkembang sebagai reaksi terhadap pendidikan yang lebih menekankan segi
intelektual dengan peran utama dipegang oleh guru. Pendidikan humanistic
menekankan peranan siswa. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk menciptakan
situasi yang rileks dan akrab. Berkat situasi tersebut anak mengembangkan
segala potensi yang dimilikinya. Pendidikan mereka lebih menekankan bagaimana
mengajar siswa (mendorong siswa), dan bagaimana merasakan atau bersikap
terhadap sesuatu. Tujuan pengajaran adalah memperluas kesadaran diri sendiri
dan mengurangi kerenggangan dan keterasingan dari lingkungan.
Ø Karakteristik Kurikulum
Humanistic
a. Siswa
adalah subyek, punya peran utama
b. Isi/bahan
sesuai minat atau kebutuhan siswa
c. Menekankan
keutuhan pribadi
d. Evaluasi
kurikulum lebih menekankan kepada proses yang dilakukan daripada hasil akhir.
3.
Kurikulum
Rekonstruksi Sosial
Kurikulum
rekonstruksi sosial berbeda dengan model-model kurikulum lainnya. Kurikulum ini
lebih memusatkan perhatian pada problema-problema yang dihadapinya dalam masyarakat.
Kurikulum ini bersumber pada aliran pendidikan interaksional. Menurut mereka
pendidikan bukan upaya sendiri, melainkan kegiatan bersama, interaksi,
kerjasama. Kerjasama atau interaksi bukan hanya terjadi antara siswa dengan
guru, tetapi antara siswa dengan siswa. Melalui interaksi dan kerjasama ini
siswa berusaha memecahkan masalah problema-problema yang dihadapinya dalam
masyarakat menuju pembentukan masyarakat yang lebih baik. Kurikulum
rekonstruksi sosial bertujuan untuk menghadapkan peserta didik pada berbagai
permasalahan manusia dan kemanusiaan. Para pendukung kurikulum ini yakin, bahwa
permasalahan yang muncul tidak harus diperhatikan oleh “pengetahuan sosial”
saja, tetapi oleh setiap disiplin ilmu, termasuk ekonomi dan matematika.
Kurikulum
rekonstruksi sosial dimulai sekitar tahun 1920-an. Harold Rug mulai melihat dan
menyadari bahwa selama ini terjadi kesenjangan antara kurikulum dengan
masyarakat. Dengan adanya kurikulum rekonstruksi sosial ini, para siswa
diharapkan dapat memecahkan masalah-masalah sosial, dan dapat menciptakan
masyarakat baru yang lebih stabil.
Pandangan
rekonstruksi sosial berkembang karena keyakinannya pada kemampuan manusia untuk
membangun dunia yang lebih baik. Juga penekanannya peranan ilmu dalam
memecahkan masalah-masalah sosial. Beberapa kritikus pendidikan menilai
pandangan ini sukar diterapkan langsung dalam kurikulum (pendidikan).
Penyebabnya adalah tafsiran para ahli tentang perkembangan dan masalah-masalah
sosial yang berbeda. Kemampuan warga untuk ikut serta dalam pemecahan masalah
juga bervariasi.
Karakteristik
kurikulum rekonstruksi sosial:
a. Tujuan
memecahkan masalah masyarakat
b. Isi
kurikulum: problema dalam masyarakat
c. Metode
mengajar kooperatif/kerja kelompok
d. Guru
dan siswa belajar bersama
4.
Kurikulum
Teknologi
Abad dua puluh
ditandai dengan teknologi yang sangat pesat. Perkembangan teknologi
mempengaruhi setiap bidang dan aspek kehidupan. Termasuk bidang pendidikan.
Sejak dahulu teknologi sederhana, seperti penggunaan papan tulis dan kapur.
Dewasa ini sesuai dengan tahap dan perkembangan yang digunakan adalah teknologi
maju seperti audio, dan video, overhead proyektor, film slide, dan motion film,
mesin pengajaran, komputer, dan internet.
Sejalan dengan
ilmu dan teknologi di bidang pendidikan berkembang pula teknologi pendidikan.
Aliran ini bermanfaat dengan pendidikan klasik, yaitu menekankan isi kurikulum,
tetapi diarahkan bukan pada pemeliharaan dan pengawetan ilmu tersebut tetapi
pada penguasaan kompetensi. Suatu kompetensi yang besar diuraikan menjadi
kompetensi yang lebih sempit atau khusus dan akhirnya menjadi perilaku-perilaku
yang dapat diamati/diukur.
Penerapan
teknologi dalam bidang pendidikan khususnya kurikulum adalah dalam dua bentuk,
yaitu bentuk perangkat lunak (software) dan perangkat keras (hardware).
Penerapan teknologi perangkat keras dalam pendidikan dikenal sebagai teknologi
alat (tools technology), sedangkan penerapan teknologi perangkat lunak disebut
teknologi sistem.
Teknologi
berperan dalam meningkatkan kualitas kurikulum, dengan memberi konstribusi
mengenai keefektifan instruksional dan memantau perkembangan peserta didik.
Oleh karenanya sangat beralasan dewasa ini semakin banyak kurikulum efektif
yang selaras dengan perkembangan teknologi.
Karakteristik
kurikulum teknologi:
a. Menekankan
isi (uraian kompetensi)
b. Isi
disajikan dalam media tulis dan elektronik
c. Evaluasi
menggunakan tes objektif.
ANALISIS
Dari penjelasan diatas,
terdapat beberapa macam model/konsep kurikulum, yang semuanya bisa diterapkan
sesuai dengan tingkat pendidikan tertentu. Adapun kurikulum pendidikan di Indonesia
sekarang menggunakan kurikulum KTSP, dimana kurikulum tersebut adalah kurikulum
operasional yang disusun dan dilaksanakan di masing-masing satuan pendidikan.
Untuk itu kami akan menganalisis kedudukan KTSP dalam model konsep kurikulum
(subyek akademis, humanistic, rekonstruksi sosial, dan teknologi) dengan
melihat dari segi tujuan .
Tujuan KTSP itu sendiri adalah:
1.
Tujuan
pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian,
akhlak mulia, serta ketrampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan
lebih lanjut.
2.
Tujuan
pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian,
akhlak mulia, serta ketrampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan
lebih lanjut.
3.
Tujuan
pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, serta ketrampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti
pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.
Jika dilihat dari tujuan
KTSP pada no.1 dan 2 diatas, dalam model konsep kurikulum, mengembangkan
kecerdasan atau intelek dan pengetahuan merupakan tujuan dari kurikulum subyek
akademis. Jadi dapat dikatakan bahwa KTSP masuk dalam konsep kurikulum subyek
akademis.
Tujuan lain dari
pendidikan tingkat satuan pendidikan adalah meningkatkan atau mengembangkan
kepribadian anak secara utuh. Dalam model konsep kurikulum humanistic. Jadi
dapat juga bahwa KTSP masuk dalam model konsep kurikulum humanistic.
Sedangkan untuk tujuan
pendidikan KTSP (dasar dan menengah) yang lainnya, seperti meletakkan dan
meningkatkan akhlak mulia, ketrampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti
pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya (khusus untuk SMK) itu semua
termasuk dalam model konsep kurikulum rekonstruksi sosial dan teknologi. Kenapa
termasuk kurikulum rekonstruksi sosial dan teknologi? Karena dalam kurikulum
rekonstruksi sosial sekolah merupakan tempat untuk mempersiapkan siswa untuk
dapat hidup bermasyarakat. Dalam masyarakat diperlukan ketrampilan untuk hidup
secara mandiri. Jika kita lihat hal ini dalam konteks tujuan KTSP, maka KTSP
juga masuk dalam model konsep kurikulum rekonstruksi sosial dan teknologi.
Jadi dari analisis
diatas dapat disimpulkan bahwa KTSP merupakan kumpulan dari beberapa model
konsep kurikulum yang telah ada. Model konsep kurikulum dalam KTSP mempunyai
peran dan fungsi masing-masing yang bertujuan agar hal-hal yang telah
ditetapkan dalam KTSP dapat dicapai dan dilaksanakan dengan maksimal. Oleh
karena itu model konsep kurikulum sangat berarti sekali bagi KTSP.
DAFTAR PUSTAKA
Hamalik, H. Oemar. 2008. Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 1999. Pengembangan Kurikulum. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
http:
//apadefinisinya.blogspot.com/2008/11/model-konsep-kurikulum.html
http:
//tomindflys.blogspot.com/2010/01/kurikulum
KONSEP PESERTA DIDIK DALAM PENDIDIKAN ISLAM
Posted By:
aing
on 6:21 PM
BAB I
PENDAHULUAN
Al-Qur'an sebagai
pedoman hidup manusia mengatur kehidupan dari berbagai aspek mulai dari aspek
sosial, ekonomi, ibadah, pendidikan dan lain sebagainya. Dalam aspek pendidikan
al-Qur'an menegaskan mulai dari pentingnya menuntut ilmu, tujuan pendidikan,
metode pengajaran sampai dengan pentingnya seorang peserta didik dalam dunia
pendidikan. Karena pendidikan merupakan bimbingan yang dilakukan oleh seorang
dewasa kepada terdidik dalam masa pertumbuhan agar ia memiliki kepribadian yang
islami. Dari satu segi kita melihat bahwa pendidikan itu lebih banyak ditujukan
kepada perbaikan sikap mental yang akan terwujud dalam amal perbuatan, baik
bagi keperluan diri sendiri maupun orang lain. Dalam pendidikan itu tidak hanya
keluarga yang merupakan factor utama pendidikan dasar, akan tetapi sekolah atau
dunia luar pun sangat diutamakan dalam mendidik seseorang.
Dan pendidik
sebagai subyek yang melaksanakan pendidikan, karena pendidik mempunyai peranan
penting untuk berlangsungnya pendidikan, baik atau tidaknya pendidik
berpengaruh besar terhadap hasil pendidikan bagi peserta didik yang merupakan
obyek terpenting dalam pendidikan. Hal ini disebabkan perbuatan atau tindakan
mendidik itu diadakan atau dilakukan hanyalah untuk membawa peserta didik
kepada tujuan pendidikan yang dicita-citakan. Menurut pendapat Imam Al-Ghazali,
bahwa anak adalah amanah Allah dan harus dijaga dan dididik untuk mencapai keutamaan
dalam hidup dan mendekatkan diri kepada Allah, kedua orang tuanyalah yang akan
mengukir dan membentuknya menjadi mutiara yang berkualitas tinggi dan disenangi
semua orang karena semua bayi yang dilahirkan kedunia ini, bagaikan sebuah
mutiara yang belum diukur dan belum berbentuk tapi amat bernilai tinggi. Maka
ketergantungan anak kepada pendidiknya termasuk kepada kedua orang tuanya,
tampak sekali.
BAB II
PEMBAHASAN
KONSEP PESERTA DIDIK
DALAM PENDIDIKAN ISLAM
A. Pengertian Peserta
Didik
Secara kodrati anak memerlukan pendidikan atau bimbingan dari orang
dewasa. Dasar kodrati ini dapat dimengerti dari kebutuhan-kebutuhan dasar yang
dimiliki oleh setiap anak yang hidup di dunia ini. Kebutuhan yang harus
dipenuhi serta berbagai potensi maupun disposisi untuk dididik, dibimbing dan
diarahkan sehingga dapat mengaktualisasikan dirinya dalam kehidupan. Dan
membentuk anak didik itu harus sesuai dengan tujuan pengajaran yang diharapkan
maka pengajaran harus disesuaikan dengan keadaan dan tingkat kemampuan anak,
karakteristik, minat dan lain sebagainya. Itulah sebabnya murid merupakan objek
didik dalam pendidikan. Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada
jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. Ia adalah pelanggan utama (main
customer) mendapat pelayanan dalam proses pendidikan. Dengan perkataan lain
proses pendidikan akan bermakna jika dilakukan oleh, dari, dan untuk peserta
didik[1].
Sehingga dari segala potensi yang
dimiliki oleh seorang manusia dapat mengembangkan kepribadian diri dan orang
lain menuju kesempurnaan (insal kamil). Perkembangan individu (peserta
didik) disamping ditentukan oleh aspek dasar (fitrah) juga
dipengaruhi oleh faktor ajar (lingkungan)[2].
B. Kebutuhan Peserta
Didik
Pemenuhan kebutuhan siswa disamping bertujuaan
untuk memberikan materi kegiatan setepat mungkin, juga materi pelajaran yang
sudah disesuaikan dengan kebutuhan biasanya menjadi lebih menarik. Dengan
demikian akan membantu pelaksanaan proses belajr-mengajar. Kebutuhan manusia dibedakan menjadi 2 yaitu[3]
:
1.
Kebutuhan primer, yaitu kebutuhan jassmani seperti
makan, minum, seks, dan sebagainya.
2. Kebutuhan sekunder,
yaitu kebutuhan rohani.
Adapun yang menjadi kebutuhan siswa antara lain
:
1. Kebutuhan Jasmani
Hal ini berkaitan dengan tuntutan siswa yang
bersifat jasmaniah. Diantaranya missal ruang kelas yang memadai, sarana yang
menunjang.
2. Kebutuhan Rohaniah
Hal ini berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan
siswa yang bersifat rohaniah, missal , siswa merasa puas dengan segala
penjelasan dari seorang guru karena penjelasanya memahamkan.
3. Kebutuhan Sosial
Pemenuhan keinginan untuk saling bergaul
sesasama peserta didik dan Pendidik serta orang lain. Dalam hal ini sekolah
harus dipandang sebagai lembagai tempat para siswa belajar, beradaptasi,
bergaul sesama teman yang berbeda jenis kelamin, suku bangsa, agama, status
sosial dan kecakapan.
4. Kebutuhan Intelektual
Setiap siswa tidak sama dalam hal minat untuk
mempelajari sesuatu ilmu pengetahuan. Dan peserta didik memiliki minat serta
kecakapan yang berbeda beda. Untuk mengembangkannya bisa ciptakan
pelajaran-pelajaran ekstra kurikuler yang dapat dipilih oleh siswa dalam
rangkan mengembangkan kemampuan intelektual yang dimilikinya.
C. Peserta Didik
Sebagai Subjek Belajar
Peserta didik adalah salah satu komponen
manusiawi yang menempati posisi sentral dalam proses belajar mengajar. Didalam
proses belajar-mengajar, peserta didik sebagai pihak yang ingin meraih
cita-cita dan memiliki tujuan dan kemudia ingin mencapainya secara optimal.
Jadi dalam proses belajar mengajar yang perlu diperhatikan pertama kali adalah
peserta didik, bagaimana keadaan dan kemampuannya, baru setelah itu menentukan
komponen-komponen yang lain. Apa bahan yang diperlukan, bagaimana cara yang
tepat untuk bertindak, alat dan fasilitas apa yang cocok dan mendukung, semua
itu harus disesuaikan dengan keadaan ataukarakteristikpeserta didik. Itulah
sebabnya peserta didik merupakan subjek belajar. Ada beberapa hal yang harus dipenuhi oleh
peserta didik sebagai subjek belajar yaitu :
1. Mememahami dan menerima
keadaan jasmani
2. Memperoleh hubungan yang
memuaskan dengan teman-teman sebayanya.
3. Mencapai hubungan yang
lebih “matang” dengan orang dewasa
4. Mencapai kematangan
Emosional
5. Mencapai kematangan
intelektual
6. Membentuk pandangan hidup
7. Mempersiapkan diri untuk
mendirikan rumah tangga sendiri.
Ayat Al Qur’an yang membahas
pentingnya seorang peserta didik, diantaranya :
1.
Surat At-Taubah Ayat 122
.
وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنفِرُواْ كَآفَّةً فَلَوْلاَ نَفَرَ مِن
كُلِّ
فِرْقَةٍ مِّنْهُمْ طَآئِفَةٌ لِّيَتَفَقَّهُواْ فِي الدِّينِ
وَلِيُنذِرُواْ قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُواْ إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ
يَحْذَرُونَ
Artinya
:
"Tidak
sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa
tidak pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa orang untuk
memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan
kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat
menjaga dirinya".
Penjelasan :
Dalam surat
At-Taubah ayat 122 diatas menjelaskan tentang suatu kaum yang mana sebagian
dari kaum tersebut diperintahkan untuk mencari ilmu dan sebagian yang lain
diperintahkan untuk berjihad di jalan Allah, karena sesungguhnya berjihad itu
merupakan fardhu kipayah bagi manusia. Makna dari fardhu kifayah tersebut
adalah apabila dalam sebuah kaum atau Negara yang mana sebagian diantara mereka
pergi melaksanakan jihad, maka dosa yang lainnya akan hilang, salah satunya
adalah jihad tadi, menegakkan kebenaran, menegakan hukum, memisahkan yang
berseteru dan sebagainya. Dan fardhu 'ain adalah kewajiban yang harus
dilaksanakan oleh setiap muslim yang baligh dan berakal, seperti : shalat,
zakat dan puasa.[4]
Adapun
sebahagian kecil dari mereka yang kembali setelah mencari ilmu, mereka wajib
untuk untuk memberikan pengetahuan dan berdakwah kepada orang lain karena
mencari ilmu itu mengajak orang menuju jalan yang lurus. Menuntut ilmu
merupakan keutamaan yang paling besar dan memiliki kedudukan yang paling mulia,
sebagaimana hadits Rasul yang diriwayatkan oleh Muslim : "Barang siapa
yang Allah kehendaki menjadi baik maka dia akan difahamkan oleh agama".
Dan diriwayatkan pula oleh Imam Turmudzi dari Abi Darda : "Aku mendengar
Rasulullah SAW bersabda : "Barang siapa menjalani suatu jalan untuk
menuntut ilmu, maka dianugerahi Allah kepadanya jalan ke syurga, dan
sesungguhnya malaikat-malaikat merebahkan sayap-sayapnya karena ridha untuk
orang yang mencari ilmu, dan sesungguhnya orang yang berilmu akan dia mohon
ampunkan baginya oleh makhluk yang ada dilangit dan dibumi, dan keutamaan orang
yang berilmu dan orang yang beribadah tanpa ilmu bagaikan keutamaan bulan
purnama diantara bintang-bintang, dan sesungguhnya ulama itu pewaris para nabi,
dan para nabi itu tidak mewariskan dinar ataupun dirham akan tetapi mereka
mewariskan ilmu, dan barang siapa yang diwarisi ilmu maka ia akan mendapatkan
keuntungan yang banyak". Belajar mempunyai peranan yang penting dalam
kehidupan. Dengan belajar orang jadi pandai, ia akan mengetahui terhadap segala
sesuatu yang dipelajarinya. Tanpa belajar, orang tidak akan mengetahui sesuatu
pun, disamping belajar dapat untuk menambah ilmu pengetahuan baik teori maupun
praktrk, belajar juga dinilai sebagai ibadah kepada Allah. Orang yang belajar
sungguh-sungguh disertai niat ikhlas ia akan memperoleh pahala yang banyak.
Belajar juga dinilai sebagai suatu perbuatn yang dapat mendatangkan ampunan
dari Allah S.W.T. orang yang belajar dengan niat ikhlas kepada Allah diampuni
dosanya.[5]
2.
Surat Asy-Syu'aro Ayat 214 :
وَأَنذِرْ
عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِينَ
Artinya :
"Dan
berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat".
Penjelasan
Dalamsurat
Asy-Syu'aro ayat 214 diatas menjelaskan bahwa hendaklah seorang pendidik
memberikan pendidikan kepada anak didik yang terdekat, maksudnya yang harus
lebih diutamakan dalam mendidik adalah kepada saudara, keluarga, dan
sebagainya. Setelah memberikan pendidikan kepada saudara dan keluarga kemudian
orang lain.
Dalam
Adapun
pengertian keluarga disini adalah meliputi istri, anak, hamba sahaya dan amat
yang wajib mendapatkan pendidikan berupa pemberian ilmu tentang hal-hal yang
wajib dikerjakan dalam agama, serta anak didik yang memiliki pengertian
seseorang atau sekelompok orang orang (tahap batas usia dan kedewasaan) yang
menerima pemeliharaan, arahan, bimbingan dan pendidikan dari seorang pendidik,
memiliki hubungan kekeluargaan pun atau tidak, tetapi diantara keduanya
memiliki hubungan yang dilandasi rasa kasih sayang dan tanggung jawab.
3.
Surat At-Tahrim Ayat 6 :
ياأيها الذين أمنوا قوا
أنفسكم وأهليكم نارا........الآية
Artinya :
"Hai
orang-orang yang beriman jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka……".
D. Pengembangan
Individu Peserta Didik
Tujuan pendidikan nasional pada khususnya
dan pembangunan pada umumnya adalah ingin menciptakan “Manusia Seutuhnya”
maksudnya yaitu manusia yang lengkap, selaras, serasi dan seimbang perkembangan
semua segi kepribadiannya. Manusia
seutuhnya adalah individu-individu yang mampu menjangkau segenap hubungan
dengan tuhan, dengan lingkungan atau alam sekeliling, dengan manusia lain dalam
suatu kehidupan sosial yang kontruktif dan dengan dirinya sendiri.
Individu-individu yang demikian pada dirinya terdapat suatu kepribadian terpadu
baik undur akal pikiran, perasaan, moral dan keterampilan (cipta, rasa dan karsa),
jasmani maupun rohani yang berkembang secara penuh.
Ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi
perkembangan peserta didik
1.
Aliran Natifisme
Perkembangan individusemata-mata ditentukan
oleh faktor bawaan dan keturunan. Contohnya : wajah dan perilakuseseorang akan
berkembang sesuai dengan wajah dan perilaku orang tuanya.
2.
Aliran Empirisme
Perkembangan
individu semata-mata ditentukan oleh faktor luar atau lingkungan.
3.
Aliran Konvergensi
Perkembangan
individu dipengaruhi baik oleh faktor bawaan maupun oleh faktor lingkungan.
E. Karakteristik
Peserta Didik
Karakteristik peserta didik adalah
keseluruhan kelakuan dan kemampuan yang ada pada peserta didik sebagai hasil
dari pembawaan dan lingkungan sosialnya sehingga menentukan pola aktivitas
dalam meraih cita-cintanya. Dengan
demikian, penentuan tujuan belajar itu sebenarnya harus dikaitkan atau
disesuaikan dengan keadaan atau karakteristik peserta didik itu sendiri.
Ada tiga hal hal yang perlu diperhatikan dalam
karakteristik peserta didik yaitu:
1. Karakteristik atau keadaan
yang berkenaan dengan kemampuan awal seperti misalnya kemampuan intelektual,
kemampuan berfikir, mengucapkan hal-hal yang berkaitan dengan aspek psikomotor
dan lainnya.
2. Karakteristik yang
berhungan dengan latar belakang dan status sosial (socioculture)
3. Karakteristik yang
berkenaan dengan perbedaan-perbedaan kepribadian seperti sikap, perasaan, minat
dan lain-lain.
Pengetahuan mengenai karakteristik peserta
didik ini memiliki arti yang cukup penting dalam interaksi belajar mengajar.
Terutama bagi guru, informasi mengenai karakteristik peserta didik senantiasa
akan sangat berguna dalam memilih dan menentukan pola-pola pengajaranyang lebih
baik, yang dapat menjamin kemudahan belajarbagi setiap peserta didik.[6]
Fakta tentang pembelajaran yang kurang berbasis peserta didik dan
berdampak pada ketidakefektifan pembelajaran, antara lain dialami oleh: “(1)
Winston Churchill salah seorang pemimpin dan orator terbesar pada abad ke-20,
ia memperoleh nilai buruk dalam tugas-tugasnya di sekolah dan gagap dalam
berbicara; (2) Albert Einstein ilmuan terbesar pada zamanya, Ia gagal dalam
pelajaran matematika di SMA; (3) Thomas Alva Edison dipukul di sekolahnya
karena gurunya menganggap dia suka bingung, dan terlalu banyak bertanya; dan
(4) Woodrow Wilson seorang Presiden Amerika Serikat belum bisa membaca hingga
berusia sebelas tahun. Mereka punya persamaan perlakuan dalam pembelajaran,
yakni menjalani proses pembelajaran yang tidak cocok dengan gaya belajarnya. Hampir semua murid
berprestasi rendah adalah anak muda yang gaya
belajarnya tidak cocok dengan gaya
mengajar di sekolah. Penelitian menyimpulkan 93 persen dari seluruh
pembelajaran terjadi di bawah sadar. Kunci menuju keberhasilan dalam belajar
adalah mengetahui gaya
belajar (visual, audio, dan kinestetik) yang unik dari setiap orang, menerima
kekuatan sekaligus kelemahan diri sendiri, dan sebanyak mungkin menyesuaikan
preferensi pribadi dalam setiap situasi pembelajaran individual”[7],
Pakar pembelajaran sependapat, bahwa; “karakteristik peserta
didik adalah satu variabel yang paling berpengaruh dalam pembelajaran. Model
pembelajaran apapun yang dikembangkan dan/atau strategi apapun yang dipilih
untuk keperluan pembelajaran haruslah berpijak pada karakteristik perseorangan
dan/atau kelompok dari siapa yang belajar”, [8]
pendapat dari pakar lain juga mengatakan “Karakteristik peserta didik
didefinisikan sebagai aspek atau kualitas perseorangan peserta didik seperti
bakat, motivasi belajar, dan kemampuan awal yang telah dipelajari dan
dimilikinya dan berguna sebagai pijakan dalam pemilihan strategi pembelajaran
yang optimal. Hal ini sangatlah penting dalam meningkatkan kebermaknaan
pembelajaran yang selanjutnya membawa dampak dalam memudahkan proses internal
yang berlangsung ketika peserta didik mengkonstruksi informasi yang disampaikan
kepadanya”.[9]
Karakteristik
peserta didik juga di gambarkan dalam surat Al-Kahfi ayat 60
yang berbunyi :
واذ قال موسى لفتاه لأ أبرح حتى أبلغ مجمع
البحرين أو أمضى حقبا
Artinya:
"Dan (ingatlah) ketika musa berkata kepada muridnya : "aku tidak akan berjalan (berhenti) sebelum sampai ke pertemuan dua buah lautan, atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun".
"Dan (ingatlah) ketika musa berkata kepada muridnya : "aku tidak akan berjalan (berhenti) sebelum sampai ke pertemuan dua buah lautan, atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun".
Nabi
Musa A.S pada ayat di atas nampak memiliki semangat yang tinggi untuk terus
menerus belajar walaupun dia telah menjadi seorang guru. Ini menunjukan bahwa
salah satu karakteristik yang harus dimiliki akan murid adalah semangat untuk
belajar.
Al-Qur'an memberikan gambaran dengan beberapa kisahnya
tentang perilaku yang membedakan seseorang dengan yang lain,seorang
murid yang ideal hendaknya memiliki sikap sebagai berikut :
1.
Anak didik hendaknya mempunyai niat yang suci dalam hatinya
sehingga mudah mencerna dan memahami pelajaran.
2.
Seorang anak didik haruslah memiliki motivasi yang tinggi
untuk menggali dan memahami suatu ilmu.
3.
Anak didik harus tekun, dengan memperhatikan pelajaran
secara serius.
4.
Patuh dan hormat terhadap guru
5.
Hendaklah
bermusyawarah dalam menghadapi permasalahan yang sulit ketika menuntut ilmu.
Adapun Karakteristik ( karakteristik, ciri, tabiat; sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi
pekerti: Kamus Bahasa
Indonesia, 2008)[10]) Peserta Didik yang mempengaruhi kegiatan
belajar peserta didik antara lain[11]:
a.
Anak merasa kesepian dan menderita. Dia menganggap
tak ada orang yang mau mengerti, memahami, dirinya, dan menjelaskan hal-hal
yang dirasakan-nya.
b.
Reaksi pertama anak ialah protes terhadap sekitarnya, yang dirasakan tiba-tiba memusuhi, menerlantarkan, dan
tidak mau mengerti.
c.
Memerlukan teman yang dapat memahami, menolong,
dan turut merasakan suka-duka yang dialaminya.
d.
Mulai tumbuh dorongan untuk mencari pedoman hidup,
mencari sesuatu yang dipandang bernilai, pantas dijunjung tinggi dan dipuja.
e.
Anak mengalami goncangan batin. Dia tidak mau
memakai lagi pedoman hidup masa kanak-kanaknya, tetapi ia juga belum mempunyai
pedoman hidup yang baru.
f.
Merasa tidak tenang, banyak kontradiksi dalam
dirinya. Dia merasa mampu, tetapi tidak tahu bagaimana mewujudkannya.
g. Anak mulai mencari
dan membangun pendirian atau pandangan hidupnya.
F. Tuntutan terhadap kemampuan peserta didik
Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya, pendidikan bertujuan membekali peserta didik dengan kemampuan akademik yang tinggi agar
dapat melanjut-kan studinya ke perguruan yang lebih tinggi. Ini
berarti, kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah mereka menyelesaikan pendidikannya terdiri
dari sub-sub kemampuan berikut :
- Pemahaman spiritualitas keagamaan
yang diyakini peserta didik serta kebiasaan mengamalkannya dalam kehidupan
sehari-hari.
- Penguasaan secara solid dan
komprehensif kerangka dasar berbagai disiplin
- Pemilikan kemauan, kebiasaan, dan
kesanggupan untuk mengakses,mempel-ajari, memilih, dan mengorganisasikan
informasi dengan memanfaatkan pelbagai sumber, termasuk sumber
elektronik/komputer.
- Penguasaan komunikasi dan kesanggupan
berinteraksi secara terhormat di tengah-tengah masyarakat yang beragam.
- Pemilikan kemampuan bekerja sama
dengan orang lain.
- Pemahaman, pengembangan, dan
pembaharuan potensi dan kemampuan diri sendiri, serta kesanggupan
mengambil keputusan terbaik tentang masa depannya.
- Pemilikan kesanggupan untuk
menikmati, mengapresiasi, dan mengekspre-sikan nilai-nilai keindahan.
PENUTUP
Pada dasarnya anak memiliki sifat: rasa ingin tahu dan berimajinasi.
Anak desa, anak kota, anak orang kaya, anak orang miskin, anak Indonesia, atau
anak bukan Indonesia – selama mereka normal – terlahir memiliki kedua sifat
itu. Kedua sifat tersebut merupakan modal dasar bagi berkembangnya
sikap/berpikir kritis dan kreatif. Kegiatan pembelajaran merupakan salah satu
lahan yang harus kita olah sehingga subur bagi berkembangnya kedua sifat,
anugerah Tuhan, tersebut. Suasana pembelajaran dimana guru memuji anak karena
hasil karyanya, guru mengajukan pertanyaan yang menantang, dan guru yang
mendorong anak untuk melakukan percobaan, misalnya, merupakan pembelajaran yang
subur seperti yang dimaksud. Sehingga Pendidikan agama di sekolah sangat penting untuk pembinaan dan
penyempurnaan pengetahuan siswa tentang ajaran agama sehingga mereka taat
melaksanakan ajaran agamanya terutama mengenai ibadah. Kerjasama pihak sekolah
dan keluarga siswa sangat membantu keberhasilan dari pendidikan agama Islam.
Karena faktor keluarga juga sangat penting dalam pengamalan ibadah siswa
sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Ustadz
DR. Wahbah Ar-Rahili, At-Tafsir Al-Muniir (Fil'aqidah Wasyari'ah Walmanhaj),
Beirut, Libanon : Darul Fikri Al-Ma'ashir, 1991 M/1411 H, Cet. 1, hal. 316.
Dra.
Hj. Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam (IPI) Untuk IAIN, STAIN, PTAIS,
Bandung : Pustaka Setia, 1998, cet. 2.
Nyoman Sudana Degeng dan Yusufhadi Miarso “Terapan Teori
Kognitif dalam Disain Pembelajaran” 1993
Asri Budiningsih “Pembelajaran Moral”. 2004
Barbara Prashning “The Power of Learning Styles”. 2007
Pusat bahasa Departemen pendidikan nasional, kamus
Bahasa indonesia: jakarta, pusat bahasa, 2008
Suryabrata, S. (2002). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press.
Dr. Moh. Roqib, M.Ag, Ilmu pendidikan
Islam, Yogyakarta : LkiS Yogyakarta, 2009, cet I
Ramayulis, Prof. DR. H. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta:
Kalam Mulia, 2004, Cet ke-4
[1] Dra.
Hj. Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam (IPI) Untuk IAIN, STAIN, PTAIS,
Bandung : Pustaka Setia, 1998, cet. 2.
[4] Al-Ustadz DR. Wahbah Ar-Rahili, At-Tafsir
Al-Muniir (Fil'aqidah Wasyari'ah
Walmanhaj), Beirut, Libanon : Darul Fikri Al-Ma'ashir, 1991 M/1411 H, Cet.
1, hal. 316.
[7] Barbara Prashning (2007) “The Power of Learning Styles”.
[8] Asri Budiningsih (2004) “Pembelajaran
Moral”.
[9] Nyoman Sudana Degeng dan Yusufhadi Miarso
(1993) “Terapan Teori Kognitif dalam Disain Pembelajaran”
[10] Pusat bahasa Departemen
pendidikan nasional, kamus Bahasa indonesia: jakarta,
pusat bahasa, 2008
Subscribe to:
Posts (Atom)