JAUHKANLAH DIRIMU DAN KELUARGAMU DARI API NERAKA

Wednesday, November 28, 2012

Filled Under:

KONSEP PESERTA DIDIK DALAM PENDIDIKAN ISLAM

BAB I
PENDAHULUAN

Al-Qur'an sebagai pedoman hidup manusia mengatur kehidupan dari berbagai aspek mulai dari aspek sosial, ekonomi, ibadah, pendidikan dan lain sebagainya. Dalam aspek pendidikan al-Qur'an menegaskan mulai dari pentingnya menuntut ilmu, tujuan pendidikan, metode pengajaran sampai dengan pentingnya seorang peserta didik dalam dunia pendidikan. Karena pendidikan merupakan bimbingan yang dilakukan oleh seorang dewasa kepada terdidik dalam masa pertumbuhan agar ia memiliki kepribadian yang islami. Dari satu segi kita melihat bahwa pendidikan itu lebih banyak ditujukan kepada perbaikan sikap mental yang akan terwujud dalam amal perbuatan, baik bagi keperluan diri sendiri maupun orang lain. Dalam pendidikan itu tidak hanya keluarga yang merupakan factor utama pendidikan dasar, akan tetapi sekolah atau dunia luar pun sangat diutamakan dalam mendidik seseorang.
Dan pendidik sebagai subyek yang melaksanakan pendidikan, karena pendidik mempunyai peranan penting untuk berlangsungnya pendidikan, baik atau tidaknya pendidik berpengaruh besar terhadap hasil pendidikan bagi peserta didik yang merupakan obyek terpenting dalam pendidikan. Hal ini disebabkan perbuatan atau tindakan mendidik itu diadakan atau dilakukan hanyalah untuk membawa peserta didik kepada tujuan pendidikan yang dicita-citakan. Menurut pendapat Imam Al-Ghazali, bahwa anak adalah amanah Allah dan harus dijaga dan dididik untuk mencapai keutamaan dalam hidup dan mendekatkan diri kepada Allah, kedua orang tuanyalah yang akan mengukir dan membentuknya menjadi mutiara yang berkualitas tinggi dan disenangi semua orang karena semua bayi yang dilahirkan kedunia ini, bagaikan sebuah mutiara yang belum diukur dan belum berbentuk tapi amat bernilai tinggi. Maka ketergantungan anak kepada pendidiknya termasuk kepada kedua orang tuanya, tampak sekali.


BAB II
PEMBAHASAN
KONSEP PESERTA DIDIK DALAM PENDIDIKAN ISLAM

A.    Pengertian Peserta Didik
Secara kodrati anak memerlukan pendidikan atau bimbingan dari orang dewasa. Dasar kodrati ini dapat dimengerti dari kebutuhan-kebutuhan dasar yang dimiliki oleh setiap anak yang hidup di dunia ini. Kebutuhan yang harus dipenuhi serta berbagai potensi maupun disposisi untuk dididik, dibimbing dan diarahkan sehingga dapat mengaktualisasikan dirinya dalam kehidupan. Dan membentuk anak didik itu harus sesuai dengan tujuan pengajaran yang diharapkan maka pengajaran harus disesuaikan dengan keadaan dan tingkat kemampuan anak, karakteristik, minat dan lain sebagainya. Itulah sebabnya murid merupakan objek didik dalam pendidikan. Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. Ia adalah pelanggan utama (main customer) mendapat pelayanan dalam proses pendidikan. Dengan perkataan lain proses pendidikan akan bermakna jika dilakukan oleh, dari, dan untuk peserta didik[1]. Sehingga dari segala potensi yang dimiliki oleh seorang manusia dapat mengembangkan kepribadian diri dan orang lain menuju kesempurnaan (insal kamil). Perkembangan individu (peserta didik) disamping ditentukan oleh aspek dasar (fitrah) juga dipengaruhi oleh faktor ajar (lingkungan)[2].

B.     Kebutuhan Peserta Didik
Pemenuhan kebutuhan siswa disamping bertujuaan untuk memberikan materi kegiatan setepat mungkin, juga materi pelajaran yang sudah disesuaikan dengan kebutuhan biasanya menjadi lebih menarik. Dengan demikian akan membantu pelaksanaan proses belajr-mengajar. Kebutuhan manusia dibedakan menjadi 2  yaitu[3] :
1.        Kebutuhan primer, yaitu kebutuhan jassmani seperti makan, minum, seks, dan sebagainya.
2.       Kebutuhan sekunder, yaitu kebutuhan rohani.
Adapun yang menjadi kebutuhan siswa antara lain :
1.      Kebutuhan Jasmani
Hal ini berkaitan dengan tuntutan siswa yang bersifat jasmaniah. Diantaranya missal ruang kelas yang memadai, sarana yang menunjang.
2.      Kebutuhan Rohaniah
Hal ini berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan siswa yang bersifat rohaniah, missal , siswa merasa puas dengan segala penjelasan dari seorang guru karena penjelasanya memahamkan.
3.      Kebutuhan Sosial
Pemenuhan keinginan untuk saling bergaul sesasama peserta didik dan Pendidik serta orang lain. Dalam hal ini sekolah harus dipandang sebagai lembagai tempat para siswa belajar, beradaptasi, bergaul sesama teman yang berbeda jenis kelamin, suku bangsa, agama, status sosial dan kecakapan.
4.      Kebutuhan Intelektual
Setiap siswa tidak sama dalam hal minat untuk mempelajari sesuatu ilmu pengetahuan. Dan peserta didik memiliki minat serta kecakapan yang berbeda beda. Untuk mengembangkannya bisa ciptakan pelajaran-pelajaran ekstra kurikuler yang dapat dipilih oleh siswa dalam rangkan mengembangkan kemampuan intelektual yang dimilikinya.

C.    Peserta Didik Sebagai Subjek Belajar
Peserta didik adalah salah satu komponen manusiawi yang menempati posisi sentral dalam proses belajar mengajar. Didalam proses belajar-mengajar, peserta didik sebagai pihak yang ingin meraih cita-cita dan memiliki tujuan dan kemudia ingin mencapainya secara optimal. Jadi dalam proses belajar mengajar yang perlu diperhatikan pertama kali adalah peserta didik, bagaimana keadaan dan kemampuannya, baru setelah itu menentukan komponen-komponen yang lain. Apa bahan yang diperlukan, bagaimana cara yang tepat untuk bertindak, alat dan fasilitas apa yang cocok dan mendukung, semua itu harus disesuaikan dengan keadaan ataukarakteristikpeserta didik. Itulah sebabnya peserta didik merupakan subjek belajar. Ada beberapa hal yang harus dipenuhi oleh peserta didik sebagai subjek belajar yaitu :
1.      Mememahami dan menerima keadaan jasmani
2.      Memperoleh hubungan yang memuaskan dengan teman-teman sebayanya.
3.      Mencapai hubungan yang lebih “matang” dengan orang dewasa
4.      Mencapai kematangan Emosional
5.      Mencapai kematangan intelektual
6.      Membentuk pandangan hidup
7.      Mempersiapkan diri untuk mendirikan rumah tangga sendiri.

       Ayat Al Qur’an  yang membahas pentingnya seorang peserta didik, diantaranya :
1.      Surat At-Taubah Ayat 122
. وَمَا كَانَ الْمُؤْمِنُونَ لِيَنفِرُواْ كَآفَّةً فَلَوْلاَ نَفَرَ مِن كُلِّ فِرْقَةٍ مِّنْهُمْ طَآئِفَةٌ لِّيَتَفَقَّهُواْ فِي الدِّينِ وَلِيُنذِرُواْ قَوْمَهُمْ إِذَا رَجَعُواْ إِلَيْهِمْ لَعَلَّهُمْ يَحْذَرُونَ
Artinya :
"Tidak sepatutnya bagi orang-orang yang mukmin itu pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya".
Penjelasan  :
Dalam surat At-Taubah ayat 122 diatas menjelaskan tentang suatu kaum yang mana sebagian dari kaum tersebut diperintahkan untuk mencari ilmu dan sebagian yang lain diperintahkan untuk berjihad di jalan Allah, karena sesungguhnya berjihad itu merupakan fardhu kipayah bagi manusia. Makna dari fardhu kifayah tersebut adalah apabila dalam sebuah kaum atau Negara yang mana sebagian diantara mereka pergi melaksanakan jihad, maka dosa yang lainnya akan hilang, salah satunya adalah jihad tadi, menegakkan kebenaran, menegakan hukum, memisahkan yang berseteru dan sebagainya. Dan fardhu 'ain adalah kewajiban yang harus dilaksanakan oleh setiap muslim yang baligh dan berakal, seperti : shalat, zakat dan puasa.[4]
Adapun sebahagian kecil dari mereka yang kembali setelah mencari ilmu, mereka wajib untuk untuk memberikan pengetahuan dan berdakwah kepada orang lain karena mencari ilmu itu mengajak orang menuju jalan yang lurus. Menuntut ilmu merupakan keutamaan yang paling besar dan memiliki kedudukan yang paling mulia, sebagaimana hadits Rasul yang diriwayatkan oleh Muslim : "Barang siapa yang Allah kehendaki menjadi baik maka dia akan difahamkan oleh agama". Dan diriwayatkan pula oleh Imam Turmudzi dari Abi Darda : "Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda : "Barang siapa menjalani suatu jalan untuk menuntut ilmu, maka dianugerahi Allah kepadanya jalan ke syurga, dan sesungguhnya malaikat-malaikat merebahkan sayap-sayapnya karena ridha untuk orang yang mencari ilmu, dan sesungguhnya orang yang berilmu akan dia mohon ampunkan baginya oleh makhluk yang ada dilangit dan dibumi, dan keutamaan orang yang berilmu dan orang yang beribadah tanpa ilmu bagaikan keutamaan bulan purnama diantara bintang-bintang, dan sesungguhnya ulama itu pewaris para nabi, dan para nabi itu tidak mewariskan dinar ataupun dirham akan tetapi mereka mewariskan ilmu, dan barang siapa yang diwarisi ilmu maka ia akan mendapatkan keuntungan yang banyak". Belajar mempunyai peranan yang penting dalam kehidupan. Dengan belajar orang jadi pandai, ia akan mengetahui terhadap segala sesuatu yang dipelajarinya. Tanpa belajar, orang tidak akan mengetahui sesuatu pun, disamping belajar dapat untuk menambah ilmu pengetahuan baik teori maupun praktrk, belajar juga dinilai sebagai ibadah kepada Allah. Orang yang belajar sungguh-sungguh disertai niat ikhlas ia akan memperoleh pahala yang banyak. Belajar juga dinilai sebagai suatu perbuatn yang dapat mendatangkan ampunan dari Allah S.W.T. orang yang belajar dengan niat ikhlas kepada Allah diampuni dosanya.[5]
2.      Surat Asy-Syu'aro Ayat 214 :
 وَأَنذِرْ عَشِيرَتَكَ الْأَقْرَبِينَ
Artinya :
"Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat".
Penjelasan
Dalam surat Asy-Syu'aro ayat 214 diatas menjelaskan bahwa hendaklah seorang pendidik memberikan pendidikan kepada anak didik yang terdekat, maksudnya yang harus lebih diutamakan dalam mendidik adalah kepada saudara, keluarga, dan sebagainya. Setelah memberikan pendidikan kepada saudara dan keluarga kemudian orang lain.
Adapun pengertian keluarga disini adalah meliputi istri, anak, hamba sahaya dan amat yang wajib mendapatkan pendidikan berupa pemberian ilmu tentang hal-hal yang wajib dikerjakan dalam agama, serta anak didik yang memiliki pengertian seseorang atau sekelompok orang orang (tahap batas usia dan kedewasaan) yang menerima pemeliharaan, arahan, bimbingan dan pendidikan dari seorang pendidik, memiliki hubungan kekeluargaan pun atau tidak, tetapi diantara keduanya memiliki hubungan yang dilandasi rasa kasih sayang dan tanggung jawab.
3.      Surat At-Tahrim Ayat 6 :
ياأيها الذين أمنوا قوا أنفسكم وأهليكم نارا........الآية
Artinya :
"Hai orang-orang yang beriman jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka……".
D.    Pengembangan Individu Peserta Didik
Tujuan pendidikan nasional pada khususnya dan pembangunan pada umumnya adalah ingin menciptakan “Manusia Seutuhnya” maksudnya yaitu manusia yang lengkap, selaras, serasi dan seimbang perkembangan semua segi kepribadiannya. Manusia seutuhnya adalah individu-individu yang mampu menjangkau  segenap hubungan dengan tuhan, dengan lingkungan atau alam sekeliling, dengan manusia lain dalam suatu kehidupan sosial yang kontruktif dan dengan dirinya sendiri. Individu-individu yang demikian pada dirinya terdapat suatu kepribadian terpadu baik undur akal pikiran, perasaan, moral dan keterampilan (cipta, rasa dan karsa), jasmani maupun rohani  yang berkembang secara penuh.
Ada beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan peserta didik
1.      Aliran Natifisme
Perkembangan individusemata-mata ditentukan oleh faktor bawaan dan keturunan. Contohnya : wajah dan perilakuseseorang akan berkembang sesuai dengan wajah dan perilaku orang tuanya.
2.      Aliran Empirisme
Perkembangan individu semata-mata ditentukan oleh faktor luar atau lingkungan.
3.      Aliran Konvergensi
Perkembangan individu dipengaruhi baik oleh faktor bawaan maupun oleh faktor lingkungan.


E.     Karakteristik Peserta Didik
Karakteristik peserta didik adalah keseluruhan kelakuan dan kemampuan yang ada pada peserta didik sebagai hasil dari pembawaan dan lingkungan sosialnya sehingga menentukan pola aktivitas dalam meraih cita-cintanya. Dengan demikian, penentuan tujuan belajar itu sebenarnya harus dikaitkan atau disesuaikan dengan keadaan atau karakteristik peserta didik itu sendiri.
Ada tiga hal hal yang perlu diperhatikan dalam karakteristik peserta didik yaitu:
1.      Karakteristik atau keadaan yang berkenaan dengan kemampuan awal seperti misalnya kemampuan intelektual, kemampuan berfikir, mengucapkan hal-hal yang berkaitan dengan aspek psikomotor dan lainnya.
2.      Karakteristik yang berhungan dengan latar belakang dan status sosial (socioculture)
3.      Karakteristik yang berkenaan dengan perbedaan-perbedaan kepribadian seperti sikap, perasaan, minat dan lain-lain.
Pengetahuan mengenai karakteristik peserta didik ini memiliki arti yang cukup penting dalam interaksi belajar mengajar. Terutama bagi guru, informasi mengenai karakteristik peserta didik senantiasa akan sangat berguna dalam memilih dan menentukan pola-pola pengajaranyang lebih baik, yang dapat menjamin kemudahan belajarbagi setiap peserta didik.[6]
Fakta tentang pembelajaran yang kurang berbasis peserta didik dan berdampak pada ketidakefektifan pembelajaran, antara lain dialami oleh: “(1) Winston Churchill salah seorang pemimpin dan orator terbesar pada abad ke-20, ia memperoleh nilai buruk dalam tugas-tugasnya di sekolah dan gagap dalam berbicara; (2) Albert Einstein ilmuan terbesar pada zamanya, Ia gagal dalam pelajaran matematika di SMA; (3) Thomas Alva Edison dipukul di sekolahnya karena gurunya menganggap dia suka bingung, dan terlalu banyak bertanya; dan (4) Woodrow Wilson seorang Presiden Amerika Serikat belum bisa membaca hingga berusia sebelas tahun. Mereka punya persamaan perlakuan dalam pembelajaran, yakni menjalani proses pembelajaran yang tidak cocok dengan gaya belajarnya. Hampir semua murid berprestasi rendah adalah anak muda yang gaya belajarnya tidak cocok dengan gaya mengajar di sekolah. Penelitian menyimpulkan 93 persen dari seluruh pembelajaran terjadi di bawah sadar. Kunci menuju keberhasilan dalam belajar adalah mengetahui gaya belajar (visual, audio, dan kinestetik) yang unik dari setiap orang, menerima kekuatan sekaligus kelemahan diri sendiri, dan sebanyak mungkin menyesuaikan preferensi pribadi dalam setiap situasi pembelajaran individual”[7],
Pakar pembelajaran sependapat, bahwa; “karakteristik peserta didik adalah satu variabel yang paling berpengaruh dalam pembelajaran. Model pembelajaran apapun yang dikembangkan dan/atau strategi apapun yang dipilih untuk keperluan pembelajaran haruslah berpijak pada karakteristik perseorangan dan/atau kelompok dari siapa yang belajar”, [8] pendapat dari pakar lain juga mengatakan “Karakteristik peserta didik didefinisikan sebagai aspek atau kualitas perseorangan peserta didik seperti bakat, motivasi belajar, dan kemampuan awal yang telah dipelajari dan dimilikinya dan berguna sebagai pijakan dalam pemilihan strategi pembelajaran yang optimal. Hal ini sangatlah penting dalam meningkatkan kebermaknaan pembelajaran yang selanjutnya membawa dampak dalam memudahkan proses internal yang berlangsung ketika peserta didik mengkonstruksi informasi yang disampaikan kepadanya”.[9]
Karakteristik peserta didik juga di gambarkan  dalam surat Al-Kahfi ayat 60 yang berbunyi :
واذ قال موسى لفتاه لأ أبرح حتى أبلغ مجمع البحرين أو أمضى حقبا
Artinya:
"Dan (ingatlah) ketika musa berkata kepada muridnya : "aku tidak akan berjalan (berhenti) sebelum sampai ke pertemuan dua buah lautan, atau aku akan berjalan sampai bertahun-tahun".
Nabi Musa A.S pada ayat di atas nampak memiliki semangat yang tinggi untuk terus menerus belajar walaupun dia telah menjadi seorang guru. Ini menunjukan bahwa salah satu karakteristik yang harus dimiliki akan murid adalah semangat untuk belajar.
Al-Qur'an memberikan gambaran dengan beberapa kisahnya tentang perilaku yang  membedakan seseorang dengan yang lain,seorang murid yang ideal hendaknya memiliki sikap sebagai berikut :
1.      Anak didik hendaknya mempunyai niat yang suci dalam hatinya sehingga mudah mencerna dan memahami pelajaran.
2.      Seorang anak didik haruslah memiliki motivasi yang tinggi untuk menggali dan memahami suatu ilmu.
3.      Anak didik harus tekun, dengan memperhatikan pelajaran secara serius.
4.      Patuh dan hormat terhadap guru
5.      Hendaklah bermusyawarah dalam menghadapi permasalahan yang sulit ketika menuntut ilmu.
Adapun Karakteristik ( karakteristik, ciri,  tabiat; sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti: Kamus Bahasa Indonesia, 2008)[10]) Peserta Didik yang mempengaruhi kegiatan belajar peserta didik antara lain[11]:
a.      Anak merasa kesepian dan menderita. Dia menganggap tak ada orang yang mau mengerti, memahami, dirinya, dan menjelaskan hal-hal yang dirasakan-nya.
b.      Reaksi pertama anak ialah protes terhadap sekitarnya, yang dirasakan tiba-tiba memusuhi, menerlantarkan, dan tidak mau mengerti.
c.       Memerlukan teman yang dapat memahami, menolong, dan turut merasakan suka-duka yang dialaminya.
d.     Mulai tumbuh dorongan untuk mencari pedoman hidup, mencari sesuatu yang dipandang bernilai, pantas dijunjung tinggi dan dipuja. 
e.      Anak mengalami goncangan batin. Dia tidak mau memakai lagi pedoman hidup masa kanak-kanaknya, tetapi ia juga belum mempunyai pedoman hidup yang baru.
f.        Merasa tidak tenang, banyak kontradiksi dalam dirinya. Dia merasa mampu, tetapi tidak tahu bagaimana mewujudkannya.
g.      Anak mulai mencari dan membangun pendirian atau pandangan hidupnya.

F.     Tuntutan terhadap kemampuan peserta didik 
       Sebagaimana telah dikemukakan sebelumnya,  pendidikan  bertujuan membekali peserta didik  dengan kemampuan akademik yang tinggi agar dapat melanjut-kan studinya ke perguruan yang lebih tinggi. Ini berarti, kemampuan yang dimiliki peserta didik setelah mereka menyelesaikan pendidikannya terdiri dari sub-sub kemampuan berikut :
  1. Pemahaman spiritualitas keagamaan yang diyakini peserta didik serta kebiasaan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
  2. Penguasaan secara solid dan komprehensif kerangka dasar berbagai disiplin
  3. Pemilikan kemauan, kebiasaan, dan kesanggupan untuk mengakses,mempel-ajari, memilih, dan mengorganisasikan informasi dengan memanfaatkan pelbagai sumber, termasuk sumber elektronik/komputer.
  4. Penguasaan komunikasi dan kesanggupan berinteraksi secara terhormat di tengah-tengah masyarakat yang beragam.
  5. Pemilikan kemampuan bekerja sama dengan orang lain.
  6. Pemahaman, pengembangan, dan pembaharuan potensi dan kemampuan diri sendiri, serta kesanggupan mengambil keputusan terbaik tentang masa depannya.
  7. Pemilikan kesanggupan untuk menikmati, mengapresiasi, dan mengekspre-sikan nilai-nilai keindahan.




PENUTUP



Pada dasarnya anak memiliki sifat: rasa ingin tahu dan berimajinasi. Anak desa, anak kota, anak orang kaya, anak orang miskin, anak Indonesia, atau anak bukan Indonesia – selama mereka normal – terlahir memiliki kedua sifat itu. Kedua sifat tersebut merupakan modal dasar bagi berkembangnya sikap/berpikir kritis dan kreatif. Kegiatan pembelajaran merupakan salah satu lahan yang harus kita olah sehingga subur bagi berkembangnya kedua sifat, anugerah Tuhan, tersebut. Suasana pembelajaran dimana guru memuji anak karena hasil karyanya, guru mengajukan pertanyaan yang menantang, dan guru yang mendorong anak untuk melakukan percobaan, misalnya, merupakan pembelajaran yang subur seperti yang dimaksud. Sehingga Pendidikan agama di sekolah sangat penting untuk pembinaan dan penyempurnaan pengetahuan siswa tentang ajaran agama sehingga mereka taat melaksanakan ajaran agamanya terutama mengenai ibadah. Kerjasama pihak sekolah dan keluarga siswa sangat membantu keberhasilan dari pendidikan agama Islam. Karena faktor keluarga juga sangat penting dalam pengamalan ibadah siswa sehari-hari.



DAFTAR PUSTAKA




Al-Ustadz DR. Wahbah Ar-Rahili, At-Tafsir Al-Muniir (Fil'aqidah Wasyari'ah Walmanhaj), Beirut, Libanon : Darul Fikri Al-Ma'ashir, 1991 M/1411 H, Cet. 1, hal. 316.
Dra. Hj. Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam (IPI) Untuk IAIN, STAIN, PTAIS, Bandung : Pustaka Setia, 1998, cet. 2.
Nyoman Sudana Degeng dan Yusufhadi Miarso “Terapan Teori Kognitif dalam Disain Pembelajaran” 1993
Asri Budiningsih “Pembelajaran Moral”. 2004 
Barbara Prashning “The Power of Learning Styles”. 2007
Pusat bahasa Departemen pendidikan  nasional, kamus Bahasa indonesia: jakarta, pusat bahasa, 2008
Suryabrata, S. (2002). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press.
Dr. Moh. Roqib, M.Ag, Ilmu pendidikan Islam, Yogyakarta : LkiS Yogyakarta, 2009,  cet I
Ramayulis, Prof. DR. H. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kalam Mulia, 2004, Cet ke-4




[1]   Dra. Hj. Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan Islam (IPI) Untuk IAIN, STAIN, PTAIS, Bandung : Pustaka Setia, 1998,    cet. 2.
[2] Dr. Moh. Roqib, M.Ag, Ilmu pendidikan Islam, Yogyakarta : LkiS Yogyakarta, 2009, cet I
[3] H. Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, ( kalam  mulia, jakarta, 2004 )
[4] Al-Ustadz DR. Wahbah Ar-Rahili, At-Tafsir Al-Muniir (Fil'aqidah Wasyari'ah Walmanhaj), Beirut, Libanon : Darul Fikri Al-Ma'ashir, 1991 M/1411 H, Cet. 1, hal. 316.
[5] ibid
[6] www.zoel.web.id
[7] Barbara Prashning (2007) “The Power of Learning Styles”.
[8] Asri Budiningsih (2004)  “Pembelajaran Moral”.
[9] Nyoman Sudana Degeng dan Yusufhadi Miarso (1993)  “Terapan Teori Kognitif dalam Disain Pembelajaran
[10] Pusat bahasa Departemen pendidikan  nasional, kamus Bahasa indonesia: jakarta, pusat bahasa, 2008
[11] Suryabrata, S. (2002). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press.

0 comments:

Post a Comment

Copyright @ 2013 Para Pencari Ilmu Dunia Akhirat.