Istilah tes diambil dari kata testum, suatu pengertian
dalam bahasa Prancis kuno yang berarti piring untuk menyisihkan logam mulia.
Ada pula yang mengartikan sebagai sebuah piring yang dibuat dari tanah. Tes
merupakan suatu alat untuk mengukur sesuatu. Alat ukur tersebut dengan
sendirinya harus sedemikian keadaannya sehingga memberikan gambaran hasil
seperti yang diharapkan.
Didorong oleh munculnya statistik dalam penganalisisan
data dan informasi, maka akhirnya tes ini digunakan dalam berbagai bidang
seperti tes kemampuan dasar, tes kelelahan perhatian, tes ingatan, tes minat,
tes sikap dan sebagainya. Yang terkenal penggunaannya di
sekolah hanyalah tes prestasi belajar.
II. POKOK PERMASALAHAN
- Bagaimana
pengertian, syarat, dan ciri-ciri tes yang baik?
- Bagaimana
fungsi, langkah penyusunan dan komponen tes ?
- Bagaimana
fungsi, langkah pembuatan, dan tindak lanjut tabel spesifikasi ?
III. TUJUAN
- Untuk
mengetahui pengertian, syarat, dan ciri-ciri tes yang baik.
- Untuk
mengetahui fungsi, langkah penyusunan dan komponen tes.
- Untuk
mengetahui fungsi, langkah pembuatan, dan tindak lanjut tabel spesifikasi.
IV. PEMBAHASAN
A. Masalah Tes
1. Pengertian
Istilah tes diambil dari kata testum suatu pengertian dalam bahasa
Prancis kuno yang berarti piring untuk menyisihkan logam-logam mulia. Ada pula
yang mengartikan sebagai sebuah piring yang terbuat dari tanah
Seorang ahli bernama James Ms. Cattel, pada tahun 1890 telah
memperkenalkan pengertian tes ini kepada masyarakat melalui bukunya yang
berjudul Mental Test and Measurement.
Banyak ahli yang mulai mengembangkan tes ini untuk berbagai bidang, namun yang
terkenal adalah sebuah tes intelegensiyang di susun oleh seorang Prancis
bernama Binet, kemudian di bantu
penyempurnaannya oleh Simon,
sehingga tes tersebut dikenal sebagai tes Binet-Simon
(tahun 1904). Dengan alat ini Binet dan Simon berusaha untuk membeda-bedakan
anak menurut tingkat intelegensinya. Dari pekerjaan Binet dan Simon inilah
kemudisan kita kenal istilah-istilah: umur kecerdasan (mental age), umur kalender (chronological
age), dan indeks kecerdasan. Intelegensi Kuosien atau Intelligence Quotion (IQ).
Sebagai perkembangannya, Yarkes di Amerika Serikat menyusun tes
kelompok (group test) yang digunakan
untuk menyeleksi calon militer sebanyak-banyaknya dalam waktu yang singkat
karena diperlukan pada waktu perang dunia 1. Tes ini dikenal dengan nama Army Alphe dan Army Betha.
Didorong oleh munculnya
statistik dalam penganalisisan data dan informasi, maka akhirnya tes ini
digunakan dalam berbagai bidang seperti tes kemampuan dasar, tes kelelahan
perhatian, tes ingatan, tes minat, tes sikap. Dan yang terkenal penggunaannya
di sekolah hanyalah tes prestasi belajar.
Sebelum sampai kepada uraian
yang jauh, maka akan diterangkan istilah-istilah yang berhubungan dengan tes
yaitu sebagai berikut :
v Tes Adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur
sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan.
v Testing Merupakan saat pada waktu tes iru dilaksanakan. Dapat juga dikatakan
testing adalah saat pengsmbilan tes.
v Testee Adalah responden yang sedang mengerjakan tes.
v Tester Adalah orang yang diserahi untuk melaksanakan pengambilan tes terhadap para
responden. Dengan kata lai tester adalah subjek evaluasi (tetapi adakalanya
hanya orang yang di tunjuk oleh subjek evaluasi untuk melaksanakan tugasnya).
2. Persyaratan Tes
Sumber
persyaratan tes didasarkan atas dua hal :
a. Menyangkut
mutu tes
b. Menyangkut
pengadministrasian dalam pelaksanaan
Walaupun dalam
melaksanakan tes sudah mengikuti aturan dan prosedur yang telah ditentukan
namun tes itu sendiri mengandung kelemahan-kelemahan. Gilbert Sax (1980,31-42)
menyebutkan beberapa kelemahan:
a)
Adakalanya tes (secara psikologi terpaksa), menyinggung
pribadi seseorang (walaupun tidak disengaja demikian).
b)
Tes menimbulkan kecemasan sehingga mempengaruhi hasil
belajar yang murni.
c)
Tes mengkategorikan siswa secara tetap. Dengan mengikuti
hasil tes pertama kadang-kadang orang lalu membedakan cap kepada siswa menurut
kelompok atas kategorinya.
d)
Tes tidak mendukung kecemerlangan dan daya kreasi siswa.
e)
Tes hanya mengukur aspek tingkah laku yang sangat
terbatas. Tingkah laku sebagai cermin dari sifat-sifat manusia adakalanya lebih
cocok diketahui melalui pengamalan secara cermat. Beberapa sifat yang lain
mungkin perlu diukur dengan berbagai instrumen yang bukan tes.
3. Ciri-ciri Tes yang Baik
Sebuah tes yang dapat
dikatakan baik sebagai alat pengukur harus memenuhi persyaratan tes, yaitu
memiliki :
- Validitas.
- Reliabilitas.
- Objektivitas.
- Praktikabilitas.
- Ekonomis.
B. Fungsi Tes dan Langkah Penyusunan Tes
1. Fungsi Tes
Sehubungan dengan hal-hal yang
harus diingat pada waktu penyusunan tes, maka fungsi tes dapat ditinjau dari 3
hal :
1) Fungsi untuk kelas,
2) Fungsi untuk
bimbingan,
3) Fungsi untuk
administrasi.
Selain fungsi-fungsi tes ini,
hal lain yang harus diingat adalah :
1) Hubungan dengan penggunaan,
2) Komprehensif,
3) Kontinu.
2. Langkah-langkah Penyusunan Tes
Urutan langkah yang dilakukan
adalah sebagai berikut :
a) Menantukan tujuan
mengadakan tes.
b) Mengadakan pembatasan
terhadap bahan yang akan diteskan.
c) Merumuskan tujuan
instruksional khusus dari tiap bagian bahan.
d) Menderetkan semua TIK
dalam tabel persiapan yang memuat pula aspek tingkah laku terkandung dalam TIK
itu.
e) Menyusun tabel
spesifikasi yang membuat pokok materi aspek berfikir yang diukur beserta
imbangan antara kedua hal tersebut.
f) Menuliskan
butir-butir soal didasarkan atas TIK-TIK yang sudah dituliskan pada tabel TIK
dan aspek tingkah laku yang dicakup.
Apabila TIK ditulis sangat
khusus, maka satu TIK diukur oleh satu butir soal. Tetapi jika TIK itu
merupakan TIK esensial, maka satu TIK dapat diukur dengan lebih dari satu butir
soal.
3. Komponen Tes
a)
Buku test yakni lembaran atau buku yang memuat
butir-butir soal yang harus dikerjakan oleh siswa.
b)
Lembar jawaban tes yakni lembar yang disediakan oleh
penilaian bagi testee untuk mengerjakan tes.
c)
Kunci jawaban berisi jawaban-jawaban yang dikehendaki.
Kunci jawaban ini dapat berupa huruf-huruf yang dikehendaki atau kata/ kalimat.
d)
Pedoman penilaian atau pedoman skoring berisi keterangan
perincian tentang skor atau angka yang diberikan kepada siswa bagi soal-soal
yang telah dikerjakan.
C. Tabel Spesifikasi
1. Fungsi Tabel Spesifikasi
Untuk menjaga agar tes yang
kita susun tidak menyimpang dari bahan (materi) serta aspek kejiwaan (tingkah
laku) yang akan dicakup dalam tes, dibuatlah sebuah tabel spesifikasi.
Tabel spesifikasi dapat
disebut juga sebagai grid, kisi-kisi atau blue
print. Wujudnya adalah sebuah tabel yang memuat tentang perperincian materi
dan tingkah laku beserta imbangan/ proporsi yang dikehendaki oleh penilai. Tiap
kotak diisi dengan bilangan yang menunjukkan jumlah soal.
Contoh :
Tabel Spesifikasi
Aspek yang
Diungkap
Pokok Materi
|
Ingatan (1)
|
Pemahaman (P)
|
Aplikasi (A)
|
Jumlah
|
Bagian I
|
||||
Bagian II
|
||||
Bagian III
|
Tabel spesifikasi mempunyai
kolom dan baris sehingga tampak hubungan antara materi dengan aspek yang
tergambar dalam TIK. Sebenarnya penyusunan tes bukan hanya mengingat hubungan
antara dua hal tersebut tetapi 4 hal: hubungan antara materi, TIK, kegiatan
belajar dan evaluasi.
Dalam beberapa tahun terakhir
ini istilah “Tabel spesifikasi atau kisi-kisi” ini mulai luntur dikalangan
guru-guru. Sebagai alasan lunturnya adalah munculnya istilah “indikator”.
Istilah “indikator” sebetulnya tidak berbeda banyak dengan inti aspek yang
dirumuskan di dalam TIK. Tentu saja berbeda,
tetapi dalam aplikasinya tidak jauh berbeda.
2. Langkah-langkah Pembuatan
Tabel Spesifikasi
Langkah pertama yang harus diambil adalah
mendaftar pokok-pokok materi yang akan di teskan kemudian memberikan imbangan
bobot untuk masing-masing pokok materi. Langkah kedua mencantumkan pokok materi
dalam tabel dan mengubah indeks menjadi presentase. Langkah ketiga adalah
memerinci banyak butir soal untuk tiap-tiap pokok materi, dan angka ini
dituliskan pada kolom paling kanan.
Untuk langkah-langkah selanjutnya, terdapat
langkah khusus, tergantung dari homohenitas atau heterogenitas (keragaman)
materi yang diteskan.
a) Untuk materi yang
seragam
Yang dimaksud dengan seragam disini adalah bahwa
antara pokok materi yang satu dengan pokok materi yang lain mempunyai kesamaan
dalam imbangan aspek tingkah laku.
b) Untuk materi yang
tidak seragam
Apa yang telah dijelaskan adalah pembuatan
kisi-kisi (tabel spesifikasi) untuk materi yang seragam dalam arti seragam
dalam imbangan dan aspek tingkah laku.
3. Tindak lanjut sesudah
Penyusunan Tabel
a. Menentukan bentuk soal
Ada dua hal yang harus dipertimbangkan dalam
menentukan bentuk soal, yaitu:
1) Waktu yang tersedia.
2) Sifat materi yang
dites.
Sebelum kita menentukan bentuk soal tes, terlebih
dahulu kita harus sudah mengetahui berapa lam alokasi waktu yang disediakan
untuk mengerjakan tes. Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan
alokasi waktu tes adalah :
1) Untuk tes formatif
dari bahan diselesaikan dalam waktu 4-5 kali pertemuan (@ 45 menit) kira-kira
15-20 menit. Sedangkan untuk pelajaran yang berlangsung selama 1 jam pelajaran
memerlukan waktu kira-kira 5-10 menit.
2) Waktu yang digunakan
untuk menyelesaikan soal bentuk objektif pilihan ganda kira-kira ½-1 menit
untuk setiap butir tes (untuk pilihan ganda sederhana benar-salah barangkali dapat lebih singkat).
3) Waktu yang diperlukan
untuk menyelesaikan soal bentuk uraian tergantung dari beberapa lama siswa
harus berfikir dan menuliskan jawaban.
Untuk menentukan soal ditinjau dari segi aspek
berfikir adalah sebagai berikut:
1) Mendaftar
fakta-fakta, istilah, definisi yang terdapat dalam seluruh materi yang
diajarkan. Kita ketahui bahwa fakta dan sebagainya ini berhubungan dengan aspek
ingatan.
2) Mendaftar setiap
konsep (pengertian) yang tercakup dalam seluruh materi. Konsep ini diukur
penguasaannya berdasarkan aspek pemahaman siswa.
3) Mencari hubungan
antara dua atau beberapa konsep yang ada. Hubungan konsep ini berhubungan dengan
aspek pemahaman tetapi dapat juga aplikasi.
4) Mempertentangkan
konsep-konsep, menggeneralisasikan dan menghubungkan konsep dengan masalah
kehidupan sehari-hari.Hal ini berhubungan dengan aspek aplikasi.
5) Memilih hubungan
antara beberapa konsep dalam penerapan kedalam permasalahan yang lebih luas.
Kasus permasalahan yang luas dapat diangkat sebagai pokok untuk menyusun soal
bentuk analisis, sintesis, atau evaluasi.
Yang baru saja diterangkan adalah bentuk-bentuk soal ditinjau dari aspek yang
diukur.
Untuk menentukan bentuk soal ditinjau dari segi
konstruksi soal, yaitu bentuk objektif dan uraian, maka dapat dilakukan sebagai
berikut :
1) Memilih fakta-fakta
tunggal seperti : tahun, nama, atau istilah. Hal-hal seperti ini merupakan
bagian yang paling tepat untuk dijadikan butir soal bentuk benar salah (B-S)
ataupun isian singkat.
2) Hubungan
konsep-konsep yang berupa klasifikasi dan diferensiasi ditentukan untuk membuat
soal bentuk pilihan ganda (multiplechoice).
Definisi atau hubungan sebab-akibat, merupakan bahan yang dapat diuji dengan
bentuk benar-salah, pilihan ganda ataupun hubungan antar hal (dua pernyataan
yang dihubungkan dengan kata ”sebab”).
3) Memilih konsep-konsep
yang agak kompleks sifatnya, untuk dijadikan soal bentuk uraian.
b. Menuliskan soal-soal tes
1) Bahasanya harus
sederhana dan mudah dipahami. Untuk mengukur pencapaian atau prestasi belajar,
faktor bahasa tidak boleh menjadikan hambatan penyelesaian soal.
2) Suatu soal tidak
boleh mengandung penafsiran ganda atau membingungkan.
3) Cara memenggal
kalimat atau meletakkan/ menata kata-kata perlu diperhatikan agar tidak
ditafsirkan salah. Dalam matematika misalnya, penulisan pangkat maupun indeks
harus diusahakan pada tempat yang semestinya.
4) Petunjuk mengerjakan,
Walaupun kadang-kadang siswa sudah biasa melihat bentuk-bentuk soal yang
dijumpai, namun petunjuk mengerjakan tiap kelompok soal merupakan hal yang
penting dan tidak boleh diabaikan. Petunjuk ini harus dituliskan sedemikian
rupa sehingga jelas, dan siswa tidak bekerja menyimpang dari yang dikehendaki
guru.
V. KESIMPULAN
A. Masalah Tes
1. Pengertian
Seorang ahli bernama James Ms. Cattel, pada tahun 1890 telah
memperkenalkan pengertian tes ini kepada masyarakat melalui bukunya yang
berjudul Mental Test and Measurement.
Banyak ahli yang mulai mengembangkan tes ini untuk berbagai bidang, namun yang
terkenal adalah sebuah tes intelegensiyang di susun oleh seorang Prancis
bernama Binet, kemudian di bantu
penyempurnaannya oleh Simon,
sehingga tes tersebut dikenal sebagai tes Binet-Simon
(tahun 1904). Dengan alat ini Binet dan Simon berusaha untuk membeda-bedakan
anak menurut tingkat intelegensinya. Dari pekerjaan Binet dan Simon inilah
kemudisan kita kenal istilah-istilah: umur kecerdasan (mental age), umur kalender (chronological
age), dan indeks kecerdasan. Intelegensi Kuosien atau Intelligence Quotion (IQ).
Sebelum sampai kepada uraian
yang jauh, maka akan diterangkan istilah-istilah yang berhubungan dengan tes
yaitu sebagai berikut :
v Tes Adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur
sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan.
v Testing Merupakan saat pada waktu tes iru dilaksanakan. Dapat juga dikatakan
testing adalah saat pengsmbilan tes.
v Testee Adalah responden yang sedang mengerjakan tes.
v Tester Adalah orang yang diserahi untuk melaksanakan pengambilan tes terhadap para
responden. Dengan kata lai tester adalah subjek evaluasi (tetapi adakalanya
hanya orang yang di tunjuk oleh subjek evaluasi untuk melaksanakan tugasnya).
2. Persyaratan Tes
Sumber
persyaratan tes didasarkan atas dua hal :
a. Menyangkut
mutu tes
b. Menyangkut
pengadministrasian dalam pelaksanaan
Walaupun dalam
melaksanakan tes sudah mengikuti aturan dan prosedur yang telah ditentukan
namun tes itu sendiri mengandung kelemahan-kelemahan. Gilbert Sax (1980,31-42)
menyebutkan beberapa kelemahan:
a)
Adakalanya tes (secara psikologi terpaksa), menyinggung pribadi
seseorang (walaupun tidak disengaja demikian).
b)
Tes menimbulkan kecemasan sehingga mempengaruhi hasil
belajar yang murni.
c)
Tes mengkategorikan siswa secara tetap.
d)
Tes tidak mendukung kecemerlangan dan daya kreasi siswa.
e)
Tes hanya mengukur aspek tingkah
laku yang sangat terbatas.
3. Ciri-ciri Tes yang Baik
- Validitas.
- Reliabilitas.
- Objektivitas.
- Praktikabilitas.
- Ekonomis.
B. Fungsi Tes dan Langkah Penyusunan Tes
1. Fungsi Tes
Sehubungan dengan hal-hal yang
harus diingat pada waktu penyusunan tes, maka fungsi tes dapat ditinjau dari 3
hal :
1) Fungsi untuk kelas,
2) Fungsi untuk
bimbingan,
3) Fungsi untuk
administrasi.
Selain fungsi-fungsi tes ini,
hal lain yang harus diingat adalah :
1) Hubungan dengan
penggunaan,
2) Komprehensif.
3) Kontinu.
2. Langkah-langkah Penyusunan Tes
1) Menantukan tujuan
mengadakan tes.
2) Mengadakan pembatasan
terhadap bahan yang akan diteskan.
3) Merumuskan tujuan
instruksional khusus dari tiap bagian bahan.
4) Menderetkan semua TIK
dalam tabel persiapan yang memuat pula aspek tingkah laku terkandung dalam TIK
itu.
5) Menyusun tabel
spesifikasi yang membuat pokok materi aspek berfikir yang diukur beserta
imbangan antara kedua hal tersebut.
6) Menuliskan
butir-butir soal didasarkan atas TIK-TIK yang sudah dituliskan pada tabel TIK
dan aspek tingkah laku yang dicakup.
3. Komponen Tes
a)
Buku test
b) Lembar jawaban tes
c) Kunci jawaban
d)
Pedoman penilaian.
C. Tabel Spesifikasi
1. Fungsi Tabel Spesifikasi
Untuk menjaga agar tes yang
kita susun tidak menyimpang dari bahan (materi) serta aspek kejiwaan (tingkah
laku) yang akan dicakup dalam tes, dibuatlah sebuah tabel spesifikasi.
Tabel spesifikasi dapat
disebut juga sebagai grid, kisi-kisi atau blue
print. Wujudnya adalah sebuah tabel yang memuat tentang perperincian materi
dan tingkah laku beserta imbangan/ proporsi yang dikehendaki oleh penilai. Tiap
kotak diisi dengan bilangan yang menunjukkan jumlah soal.
2. Langkah-langkah Pembuatan
Tabel Spesifikasi
Langkah pertama yang harus diambil adalah
mendaftar pokok-pokok materi yang akan di teskan kemudian memberikan imbangan
bobot untuk masing-masing pokok materi. Langkah kedua mencantumkan pokok materi
dalam tabel dan mengubah indeks menjadi presentase. Langkah ketiga adalah
memerinci banyak butir soal untuk tiap-tiap pokok materi, dan angka ini
dituliskan pada kolom paling kanan.
3. Tindak lanjut sesudah
Penyusunan Tabel
- Menentukan
bentuk soal
- Menuliskan
soal-soal tes
0 comments:
Post a Comment