JAUHKANLAH DIRIMU DAN KELUARGAMU DARI API NERAKA

Wednesday, November 28, 2012

Filled Under:

PENGERTIAN DAN PENYUSUNAN TES SERTA TABEL SPESIFIKASI

I. PENDAHULUAN
Istilah tes diambil dari kata testum, suatu pengertian dalam bahasa Prancis kuno yang berarti piring untuk menyisihkan logam mulia. Ada pula yang mengartikan sebagai sebuah piring yang dibuat dari tanah. Tes merupakan suatu alat untuk mengukur sesuatu. Alat ukur tersebut dengan sendirinya harus sedemikian keadaannya sehingga memberikan gambaran hasil seperti yang diharapkan.
Didorong oleh munculnya statistik dalam penganalisisan data dan informasi, maka akhirnya tes ini digunakan dalam berbagai bidang seperti tes kemampuan dasar, tes kelelahan perhatian, tes ingatan, tes minat, tes sikap dan sebagainya. Yang terkenal penggunaannya di sekolah hanyalah tes prestasi belajar.

II. POKOK PERMASALAHAN
  1. Bagaimana pengertian, syarat, dan ciri-ciri tes yang baik?
  2. Bagaimana fungsi, langkah penyusunan dan komponen tes ?
  3. Bagaimana fungsi, langkah pembuatan, dan tindak lanjut tabel spesifikasi ?

III. TUJUAN
  1. Untuk mengetahui pengertian, syarat, dan ciri-ciri tes yang baik.
  2. Untuk mengetahui fungsi, langkah penyusunan dan komponen tes.
  3. Untuk mengetahui fungsi, langkah pembuatan, dan tindak lanjut tabel spesifikasi.

IV. PEMBAHASAN
A. Masalah Tes
1. Pengertian
Istilah tes diambil dari kata testum suatu pengertian dalam bahasa Prancis kuno yang berarti piring untuk menyisihkan logam-logam mulia. Ada pula yang mengartikan sebagai sebuah piring yang terbuat dari tanah
Seorang ahli bernama James Ms. Cattel, pada tahun 1890 telah memperkenalkan pengertian tes ini kepada masyarakat melalui bukunya yang berjudul Mental Test and Measurement. Banyak ahli yang mulai mengembangkan tes ini untuk berbagai bidang, namun yang terkenal adalah sebuah tes intelegensiyang di susun oleh seorang Prancis bernama Binet, kemudian di bantu penyempurnaannya oleh Simon, sehingga tes tersebut dikenal sebagai tes Binet-Simon (tahun 1904). Dengan alat ini Binet dan Simon berusaha untuk membeda-bedakan anak menurut tingkat intelegensinya. Dari pekerjaan Binet dan Simon inilah kemudisan kita kenal istilah-istilah: umur kecerdasan (mental age), umur kalender (chronological age), dan indeks kecerdasan. Intelegensi Kuosien atau Intelligence Quotion (IQ).
Sebagai perkembangannya, Yarkes di Amerika Serikat menyusun tes kelompok (group test) yang digunakan untuk menyeleksi calon militer sebanyak-banyaknya dalam waktu yang singkat karena diperlukan pada waktu perang dunia 1. Tes ini dikenal dengan nama Army Alphe dan Army Betha.
Didorong oleh munculnya statistik dalam penganalisisan data dan informasi, maka akhirnya tes ini digunakan dalam berbagai bidang seperti tes kemampuan dasar, tes kelelahan perhatian, tes ingatan, tes minat, tes sikap. Dan yang terkenal penggunaannya di sekolah hanyalah tes prestasi belajar.
Sebelum sampai kepada uraian yang jauh, maka akan diterangkan istilah-istilah yang berhubungan dengan tes yaitu sebagai berikut :
v  Tes Adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan.
v  Testing Merupakan saat pada waktu tes iru dilaksanakan. Dapat juga dikatakan testing adalah saat pengsmbilan tes.
v  Testee Adalah responden yang sedang mengerjakan tes.
v  Tester Adalah orang yang diserahi untuk melaksanakan pengambilan tes terhadap para responden. Dengan kata lai tester adalah subjek evaluasi (tetapi adakalanya hanya orang yang di tunjuk oleh subjek evaluasi untuk melaksanakan tugasnya).
2. Persyaratan Tes
Sumber persyaratan tes didasarkan atas dua hal :
a.       Menyangkut mutu tes
b.      Menyangkut pengadministrasian dalam pelaksanaan
Walaupun dalam melaksanakan tes sudah mengikuti aturan dan prosedur yang telah ditentukan namun tes itu sendiri mengandung kelemahan-kelemahan. Gilbert Sax (1980,31-42) menyebutkan beberapa kelemahan:
a)      Adakalanya tes (secara psikologi terpaksa), menyinggung pribadi seseorang (walaupun tidak disengaja demikian).
b)      Tes menimbulkan kecemasan sehingga mempengaruhi hasil belajar yang murni.
c)      Tes mengkategorikan siswa secara tetap. Dengan mengikuti hasil tes pertama kadang-kadang orang lalu membedakan cap kepada siswa menurut kelompok atas kategorinya.
d)     Tes tidak mendukung kecemerlangan dan daya kreasi siswa.
e)      Tes hanya mengukur aspek tingkah laku yang sangat terbatas. Tingkah laku sebagai cermin dari sifat-sifat manusia adakalanya lebih cocok diketahui melalui pengamalan secara cermat. Beberapa sifat yang lain mungkin perlu diukur dengan berbagai instrumen yang bukan tes.  
3. Ciri-ciri Tes yang Baik
Sebuah tes yang dapat dikatakan baik sebagai alat pengukur harus memenuhi persyaratan tes, yaitu memiliki :
  • Validitas.
  • Reliabilitas.
  • Objektivitas.
  • Praktikabilitas.
  • Ekonomis.
B. Fungsi Tes dan Langkah Penyusunan Tes
1. Fungsi Tes
Sehubungan dengan hal-hal yang harus diingat pada waktu penyusunan tes, maka fungsi tes dapat ditinjau dari 3 hal :
1)      Fungsi untuk kelas,
2)      Fungsi untuk bimbingan,
3)      Fungsi untuk administrasi.
Selain fungsi-fungsi tes ini, hal lain yang harus diingat adalah :
1)      Hubungan dengan penggunaan,
2)      Komprehensif,
3)      Kontinu.
2. Langkah-langkah Penyusunan Tes
Urutan langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a)      Menantukan tujuan mengadakan tes.
b)      Mengadakan pembatasan terhadap bahan yang akan diteskan.
c)      Merumuskan tujuan instruksional khusus dari tiap bagian bahan.
d)     Menderetkan semua TIK dalam tabel persiapan yang memuat pula aspek tingkah laku terkandung dalam TIK itu.
e)      Menyusun tabel spesifikasi yang membuat pokok materi aspek berfikir yang diukur beserta imbangan antara kedua hal tersebut.
f)       Menuliskan butir-butir soal didasarkan atas TIK-TIK yang sudah dituliskan pada tabel TIK dan aspek tingkah laku yang dicakup.
Apabila TIK ditulis sangat khusus, maka satu TIK diukur oleh satu butir soal. Tetapi jika TIK itu merupakan TIK esensial, maka satu TIK dapat diukur dengan lebih dari satu butir soal.
3. Komponen Tes
a)      Buku test yakni lembaran atau buku yang memuat butir-butir soal yang harus dikerjakan oleh siswa.
b)      Lembar jawaban tes yakni lembar yang disediakan oleh penilaian bagi testee untuk mengerjakan tes.
c)      Kunci jawaban berisi jawaban-jawaban yang dikehendaki. Kunci jawaban ini dapat berupa huruf-huruf yang dikehendaki atau kata/ kalimat.
d)      Pedoman penilaian atau pedoman skoring berisi keterangan perincian tentang skor atau angka yang diberikan kepada siswa bagi soal-soal yang telah dikerjakan.




C. Tabel Spesifikasi
1. Fungsi Tabel Spesifikasi
Untuk menjaga agar tes yang kita susun tidak menyimpang dari bahan (materi) serta aspek kejiwaan (tingkah laku) yang akan dicakup dalam tes, dibuatlah sebuah tabel spesifikasi.
Tabel spesifikasi dapat disebut juga sebagai grid, kisi-kisi atau blue print. Wujudnya adalah sebuah tabel yang memuat tentang perperincian materi dan tingkah laku beserta imbangan/ proporsi yang dikehendaki oleh penilai. Tiap kotak diisi dengan bilangan yang menunjukkan jumlah soal.
Contoh :
Tabel Spesifikasi
Aspek yang
Diungkap

Pokok Materi

Ingatan (1)

Pemahaman (P)

Aplikasi (A)

Jumlah
Bagian I




Bagian II




Bagian III





Tabel spesifikasi mempunyai kolom dan baris sehingga tampak hubungan antara materi dengan aspek yang tergambar dalam TIK. Sebenarnya penyusunan tes bukan hanya mengingat hubungan antara dua hal tersebut tetapi 4 hal: hubungan antara materi, TIK, kegiatan belajar dan evaluasi.
Dalam beberapa tahun terakhir ini istilah “Tabel spesifikasi atau kisi-kisi” ini mulai luntur dikalangan guru-guru. Sebagai alasan lunturnya adalah munculnya istilah “indikator”. Istilah “indikator” sebetulnya tidak berbeda banyak dengan inti aspek yang dirumuskan di dalam TIK. Tentu saja berbeda, tetapi dalam aplikasinya tidak jauh berbeda.


2. Langkah-langkah Pembuatan Tabel  Spesifikasi
Langkah pertama yang harus diambil adalah mendaftar pokok-pokok materi yang akan di teskan kemudian memberikan imbangan bobot untuk masing-masing pokok materi. Langkah kedua mencantumkan pokok materi dalam tabel dan mengubah indeks menjadi presentase. Langkah ketiga adalah memerinci banyak butir soal untuk tiap-tiap pokok materi, dan angka ini dituliskan pada kolom paling kanan.
Untuk langkah-langkah selanjutnya, terdapat langkah khusus, tergantung dari homohenitas atau heterogenitas (keragaman) materi yang diteskan.
a)      Untuk materi yang seragam
Yang dimaksud dengan seragam disini adalah bahwa antara pokok materi yang satu dengan pokok materi yang lain mempunyai kesamaan dalam imbangan aspek tingkah laku.
b)      Untuk materi yang tidak seragam
Apa yang telah dijelaskan adalah pembuatan kisi-kisi (tabel spesifikasi) untuk materi yang seragam dalam arti seragam dalam imbangan dan aspek tingkah laku.
3. Tindak lanjut sesudah Penyusunan Tabel
a. Menentukan bentuk soal
Ada dua hal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan bentuk soal, yaitu:
1)      Waktu yang tersedia.
2)      Sifat materi yang dites.
Sebelum kita menentukan bentuk soal tes, terlebih dahulu kita harus sudah mengetahui berapa lam alokasi waktu yang disediakan untuk mengerjakan tes. Hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam menentukan alokasi waktu tes adalah :
1)      Untuk tes formatif dari bahan diselesaikan dalam waktu 4-5 kali pertemuan (@ 45 menit) kira-kira 15-20 menit. Sedangkan untuk pelajaran yang berlangsung selama 1 jam pelajaran memerlukan waktu kira-kira 5-10 menit.
2)      Waktu yang digunakan untuk menyelesaikan soal bentuk objektif pilihan ganda kira-kira ½-1 menit untuk setiap butir tes (untuk pilihan ganda sederhana benar-salah  barangkali dapat lebih singkat).
3)      Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan soal bentuk uraian tergantung dari beberapa lama siswa harus berfikir dan menuliskan jawaban.
Untuk menentukan soal ditinjau dari segi aspek berfikir adalah sebagai berikut:
1)      Mendaftar fakta-fakta, istilah, definisi yang terdapat dalam seluruh materi yang diajarkan. Kita ketahui bahwa fakta dan sebagainya ini berhubungan dengan aspek ingatan.
2)      Mendaftar setiap konsep (pengertian) yang tercakup dalam seluruh materi. Konsep ini diukur penguasaannya berdasarkan aspek pemahaman siswa.
3)      Mencari hubungan antara dua atau beberapa konsep yang ada. Hubungan konsep ini berhubungan dengan aspek pemahaman tetapi dapat juga aplikasi.
4)      Mempertentangkan konsep-konsep, menggeneralisasikan dan menghubungkan konsep dengan masalah kehidupan sehari-hari.Hal ini berhubungan dengan aspek aplikasi.
5)      Memilih hubungan antara beberapa konsep dalam penerapan kedalam permasalahan yang lebih luas. Kasus permasalahan yang luas dapat diangkat sebagai pokok untuk menyusun soal bentuk analisis, sintesis, atau evaluasi.
Yang baru saja diterangkan adalah  bentuk-bentuk soal ditinjau dari aspek yang diukur.
Untuk menentukan bentuk soal ditinjau dari segi konstruksi soal, yaitu bentuk objektif dan uraian, maka dapat dilakukan sebagai berikut :
1)      Memilih fakta-fakta tunggal seperti : tahun, nama, atau istilah. Hal-hal seperti ini merupakan bagian yang paling tepat untuk dijadikan butir soal bentuk benar salah (B-S) ataupun isian singkat.
2)      Hubungan konsep-konsep yang berupa klasifikasi dan diferensiasi ditentukan untuk membuat soal bentuk pilihan ganda (multiplechoice). Definisi atau hubungan sebab-akibat, merupakan bahan yang dapat diuji dengan bentuk benar-salah, pilihan ganda ataupun hubungan antar hal (dua pernyataan yang dihubungkan dengan kata ”sebab”).
3)      Memilih konsep-konsep yang agak kompleks sifatnya, untuk dijadikan soal bentuk uraian.
b. Menuliskan soal-soal tes
1)      Bahasanya harus sederhana dan mudah dipahami. Untuk mengukur pencapaian atau prestasi belajar, faktor bahasa tidak boleh menjadikan hambatan penyelesaian soal.
2)      Suatu soal tidak boleh mengandung penafsiran ganda atau membingungkan.
3)      Cara memenggal kalimat atau meletakkan/ menata kata-kata perlu diperhatikan agar tidak ditafsirkan salah. Dalam matematika misalnya, penulisan pangkat maupun indeks harus diusahakan pada tempat yang semestinya.
4)      Petunjuk mengerjakan, Walaupun kadang-kadang siswa sudah biasa melihat bentuk-bentuk soal yang dijumpai, namun petunjuk mengerjakan tiap kelompok soal merupakan hal yang penting dan tidak boleh diabaikan. Petunjuk ini harus dituliskan sedemikian rupa sehingga jelas, dan siswa tidak bekerja menyimpang dari yang dikehendaki guru.

V. KESIMPULAN
A. Masalah Tes
1. Pengertian
Seorang ahli bernama James Ms. Cattel, pada tahun 1890 telah memperkenalkan pengertian tes ini kepada masyarakat melalui bukunya yang berjudul Mental Test and Measurement. Banyak ahli yang mulai mengembangkan tes ini untuk berbagai bidang, namun yang terkenal adalah sebuah tes intelegensiyang di susun oleh seorang Prancis bernama Binet, kemudian di bantu penyempurnaannya oleh Simon, sehingga tes tersebut dikenal sebagai tes Binet-Simon (tahun 1904). Dengan alat ini Binet dan Simon berusaha untuk membeda-bedakan anak menurut tingkat intelegensinya. Dari pekerjaan Binet dan Simon inilah kemudisan kita kenal istilah-istilah: umur kecerdasan (mental age), umur kalender (chronological age), dan indeks kecerdasan. Intelegensi Kuosien atau Intelligence Quotion (IQ).
Sebelum sampai kepada uraian yang jauh, maka akan diterangkan istilah-istilah yang berhubungan dengan tes yaitu sebagai berikut :
v  Tes Adalah alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan.
v  Testing Merupakan saat pada waktu tes iru dilaksanakan. Dapat juga dikatakan testing adalah saat pengsmbilan tes.
v  Testee Adalah responden yang sedang mengerjakan tes.
v  Tester Adalah orang yang diserahi untuk melaksanakan pengambilan tes terhadap para responden. Dengan kata lai tester adalah subjek evaluasi (tetapi adakalanya hanya orang yang di tunjuk oleh subjek evaluasi untuk melaksanakan tugasnya).
2. Persyaratan Tes
Sumber persyaratan tes didasarkan atas dua hal :
a.       Menyangkut mutu tes
b.      Menyangkut pengadministrasian dalam pelaksanaan
Walaupun dalam melaksanakan tes sudah mengikuti aturan dan prosedur yang telah ditentukan namun tes itu sendiri mengandung kelemahan-kelemahan. Gilbert Sax (1980,31-42) menyebutkan beberapa kelemahan:
a)      Adakalanya tes (secara psikologi terpaksa), menyinggung pribadi seseorang (walaupun tidak disengaja demikian).
b)      Tes menimbulkan kecemasan sehingga mempengaruhi hasil belajar yang murni.
c)      Tes mengkategorikan siswa secara tetap.
d)     Tes tidak mendukung kecemerlangan dan daya kreasi siswa.
e)      Tes hanya mengukur aspek tingkah laku yang sangat terbatas.  
3. Ciri-ciri Tes yang Baik
  • Validitas.
  • Reliabilitas.
  • Objektivitas.
  • Praktikabilitas.
  • Ekonomis.
B. Fungsi Tes dan Langkah Penyusunan Tes
1. Fungsi Tes
Sehubungan dengan hal-hal yang harus diingat pada waktu penyusunan tes, maka fungsi tes dapat ditinjau dari 3 hal :
1)      Fungsi untuk kelas,
2)      Fungsi untuk bimbingan,
3)      Fungsi untuk administrasi.
Selain fungsi-fungsi tes ini, hal lain yang harus diingat adalah :
1)      Hubungan dengan penggunaan,
2)      Komprehensif.
3)      Kontinu.
2. Langkah-langkah Penyusunan Tes
1)      Menantukan tujuan mengadakan tes.
2)      Mengadakan pembatasan terhadap bahan yang akan diteskan.
3)      Merumuskan tujuan instruksional khusus dari tiap bagian bahan.
4)      Menderetkan semua TIK dalam tabel persiapan yang memuat pula aspek tingkah laku terkandung dalam TIK itu.
5)      Menyusun tabel spesifikasi yang membuat pokok materi aspek berfikir yang diukur beserta imbangan antara kedua hal tersebut.
6)      Menuliskan butir-butir soal didasarkan atas TIK-TIK yang sudah dituliskan pada tabel TIK dan aspek tingkah laku yang dicakup.
3. Komponen Tes
     a) Buku test
     b) Lembar jawaban tes
      c) Kunci jawaban
      d) Pedoman penilaian.
C. Tabel Spesifikasi
1. Fungsi Tabel Spesifikasi
Untuk menjaga agar tes yang kita susun tidak menyimpang dari bahan (materi) serta aspek kejiwaan (tingkah laku) yang akan dicakup dalam tes, dibuatlah sebuah tabel spesifikasi.
Tabel spesifikasi dapat disebut juga sebagai grid, kisi-kisi atau blue print. Wujudnya adalah sebuah tabel yang memuat tentang perperincian materi dan tingkah laku beserta imbangan/ proporsi yang dikehendaki oleh penilai. Tiap kotak diisi dengan bilangan yang menunjukkan jumlah soal.
2. Langkah-langkah Pembuatan Tabel  Spesifikasi
Langkah pertama yang harus diambil adalah mendaftar pokok-pokok materi yang akan di teskan kemudian memberikan imbangan bobot untuk masing-masing pokok materi. Langkah kedua mencantumkan pokok materi dalam tabel dan mengubah indeks menjadi presentase. Langkah ketiga adalah memerinci banyak butir soal untuk tiap-tiap pokok materi, dan angka ini dituliskan pada kolom paling kanan.
3. Tindak lanjut sesudah Penyusunan Tabel
  1. Menentukan bentuk soal
  2. Menuliskan soal-soal tes



0 comments:

Post a Comment

Copyright @ 2013 Para Pencari Ilmu Dunia Akhirat.