JAUHKANLAH DIRIMU DAN KELUARGAMU DARI API NERAKA

Wednesday, November 28, 2012

Filled Under:

MODEL EVALUASI

I. PENDAHULUAN
Pada konteks pembelajaran, evaluasi pada umumnya berorientasi pada tujuan pendidikan yang di dalamnya mencakup beberapa macam tujuan termasuk tujuan pendidikan nasional, tujuan institusi, tujuan instruksional umum, dan tujuan instruksional khusus yang di dalamnya mengandung penampilan (performance). Pada konteks yang lebih luas, evaluasi kurikulum maupun evaluasi system bervariasi sesuai dengan pilihan dari evaluator itu sendiri. Pada konteks yang lebih luas, misalnya evaluasi kurikulum atau system kelembagaan dikenal adanya macam-macam model evaluasi yang digunakan untuk memudahkan pemahaman tentang evaluasi. Model secara definisi diartikan sebagai a likeness that aid on in understanding a structure process used by scientist, when the phenomena studied would otherwise be undescribable (Good, 1973). Atau sesuatu yang membantu dalam pemahaman struktur atau proses yang digunakan oleh ahli, ketika fenomena dipelajari unbtuk dapat diterangkan. Disamping itu, Sukardi (2006) memberikan batasan tentang model atau paradigma yaitu struktur sejenis berfungsi sebagai penyederhanaan konsep yang digunakan untuk memeperoleh pemahaman fenomena yang ingin iterangkan. Jadi dengan mempelajari secara intensif tentang model, seorang evaluator dapat lebih mudah memahami dan kemudian mengembangkan evaluasi dalam konteks yang lebih luas yaitu di bidang pendidikan.
Model evaluasi muncul karena adanya usaha eksplanasi secara kontinu yang diturunkan dari perkemabngan pengukuran dan keinginan manusia untuk berusaha menerapkan prinsip-prinsip evaluasi pada cakupan yang lebih abstrak termasuk pada bidang ilmu pendidikan, perilaku, dan seni. Ada 4 macam model yang dapat dikembangkan sebagai acuan perkembangan model evaluasi saat ini, diantaranya adalah: Model Measurement, Congrounce Model, Educational Model, dan Illuminitative Model.  
II. POKOK PERMASALAHAN
1. Apa saja model-model evaluasi?
2. Apa hakekat dari masing-masing model evaluasi?
3. Apa ruang lingkup dari masing-masing model  evaluasi?
4. Bagaimana pendekatan dari masing-masing model evaluasi?

III. TUJUAN
1. Agar dapat menyebutkan model-model evaluasi.
2. Agar dapat mengetahui hakekat dari model-model evaluasi.
3. Agar dapat mengetahui ruang lingkup dari model-model evaluasi.
4. Agar dapat menyebutkan pendekatan dari model-model evaluasi.

IV. PEMBAHASAN
A. Measurement Model
1. Hakikat Evaluasi
Sesuai dengan namanya, model ini sangat menitikberatkan peranan kegiatan pengukuran didalam melaksanakan proses evaluasi.
Pengukuran, menurut model ini tidak dapat dilepaskan dari pengertian kuantitas atau jumlah. Jumlah ini akan menunjukkan besarnya (magnitude) objek. Orang ataupun peristiwa yang dilukiskan dalam bentuk unit-unit ukuran tertentu seperti misalnya menit, derajat, meter, porcentile dan sebagainya, sehingga dengan demikian hasil pengukuran itu selalu dinyatakan dalam bentuk bilangan.
Dalam bidang pendidikan, model ini telah diterapkan dalam proses evaluasi untuk melihat dan mengungkapkan perbedaan-perbedaan individual maupun perbedaan-perbedaan kelompok dalam hal kemampuan serta minat dan sikap. Hasil pengukuran mengenai aspek-aspek tingkah laku diatas digunakan untuk keperluan seleksi siswa, bimbingan, dan perencanaan pendidikan bagi para siswa itu sendiri.
Dari uraian diatas dapat di simpulkan, bahwa menurut model ini, evaluasi pendidikan pada dasarnya tidak lain adalah pengukuran terhadap berbagai aspek tingkah laku dengan tujuan untuk melihat perbedaan-perbedaan individual atau kelompok, yang hasilnya diperlukan dalam rangka seleksi, bimbingan dan perencanaan pendidikan bagi pera siswa di sekolah.
 2. Ruang Lingkup Evaluasi
Yang dijadikan objek dari kegiatan evaluasi model ini adalah tingkah laku, terutama tingkah laku siswa. Aspek tingkah laku siswa yang dinilai disini mencakup kemampuan hasil belajar, kemampuan pembawaan(intelegensi, bakat), minat, sikap dan juga aspek-aspek kepribadian siswa. Dengan kata lain objek evaluasi disini mencakup baik aspek kognitif maupun dengan kegiatan evaliasi di sakola, model ini menitikberatkan pada pengukuran terhadap hasil belajar yang dicapai siswa pada masing-masing bidang pelajaran dengan menggunakan tes. Hasil belajar yang dijadikan objek evaluasi disini adalah hasil belajar dalam bidang pengetahuan (kognitif) yang mencakup berbagai tingkat kemampuan seperti tingkat kemempuan ingatan, pemahaman aplikasi dan sebagainya, yang evaluasinya dapat dilakukan secara kuantitatif-objektif dengan menggunakan prosedur yang distandarisasikan. Program pengukuran hasil belajar yang dilaksanakan secara baik, menurut model ini, akan dapat memenuhi kebutuhan berbagai pihak yang berkepentingan dalam pengelolaan proses pendidikan, para pengawas, kepala sekolah, guru, pembimbing, dan orang tua.
 3. Pendekatan
Alat evaluasi yang lazim digunakan dalam model evaluasi disini adalah tes tertulis atau paper and pencil test. Secara lebih khusus lagi, bentuk tes yang biasanya digunakan adalah bentuk tes objektif yang soal-soalnya berupa pilihan ganda, mejodohkan, benar salah dan sebagainya.
Sekalipun ada kritikan-kritikan mengenai menggunakan bentuk-bentuk tertentu dari tes objektif ini, misalnya bentuk benar salah yang dianggap “lemah”, tokoh-tokoh dari model evaluasi ini tetap berpendapat bahwa bentuk ”benar-salah” ini masih dapat terus digunakan asal disusun secara baik.
Suatu soal dipandang memiliki daya pembeda yang tinggi bila berdasarkan analisis hasil percobaan, kelompok siswa yang pandai menjawab soal tersebut dengan betul, sedangkan kelompok siswa yang kurang pandai menjawab soal tersebut dengan salah.
Pendekatan yang ditempuh oleh model ini didalam menilai system pendidikan adalah membandingkan hasil belajar antara dua atau lebih kelompok yang menggunakan cara pengajaran yang berbeda sebagai variable bebas. Dalam evaluasi ini, kepada dua/lebih kelompok tersebut diberikan tes yang sama untuk kemudian dianalisis perbedaan skor yang dicapai oleh kelompok-kelompok tadi. Analisis perbedaan skor ini dilakukan dengan menggunakan cara-cara statistic tertentu untuk dapat menyimpulkan cara cara pengajaran mana yang lebih efektif diantara cara-cara yang dinilai tadi.
 B. Congruence Model
 1. Hakikat Evaluasi
Tyler menggambarkan pendidikan sebagai suatu proses, yang didalamnya terdapat tiga hal yang perlu kita bedakan, tujuan pendidikan, pengalaman belajar, dan penilaian terhadap hasil belajar. Hubungan diantara ketiga dimensi diatas dalam proses pendidikan digambarkan dalam diagram dibawah ini:
Tujuan pendidikan


                                 (a)                                (c)

         Pengalaman belajar                                    Hasil belajar


                                                                  (b)
Garis (a) menunjukkan hubungan antara tujuan pendidikan dan pengalaman belajar, garis (b) menunjukkan antara pengalaman belajar, dan garis (c) menunjukkan hubungan antara tujuan dan hasil belajar.
Bahwa menurut model ini, evaluasi tidak lain adalah usaha untuk memeriksa persesuaian (congruence) antara tujuan-tujuan pendidikan yang diinginkan dan hasil belajar yang telah tercapai. Berhubung tujuan-tujuan pendidikan menyangkut perubahan-perubahan tingkah laku yang diinginkan pada diri anak didik, maka evaluasi yang diinginkan itu telah terjadi. Hasil evaluasi yang diperoleh berguna bagi kepentingan, menyempurnakan sistem bimbingan siswa dan untuk memberikan informasi kepada pihak-pihak diluar pendidikan mengenai hasil-hasil yang telah dicapai.
 2. Ruang Lingkup
Berhubung evaluasi menurut model yang kedua ini dimaksudkan untuk memeriksa persesuaian (congruence) antara tujuan dan hasil belajar, maka yang dijadikan objek evaluasi adalah tingkah laku siswa. Secara lebih khusus, yang dinilai disini adalah perubahan tingkah laku yang diinginkan (intended behavior) yang diperlihatkan oleh siswa pada akhir kegiatan pendidikan.
Tingkah laku hasil belajar ini tidak hanya terbatas pada segi pengetahuan (kognitif), melainkan juga mencakup dimensi-dimensi lain dari tingkah laku yang tergambar dalam tujuan-tujuan pendidikan.
Sebagai kesimpulan dari bagian ini dapat dikemukakan bahwa objek evaluasi yang dikemukakan dalam model ini adalah tingkah laku siswa, khususnya tingkah laku hasil belajar sebagaimana yang dimaksudkan dalam rumusan tujuan pendidikan. Tingkah laku  tersebut mencakup baik aspek pengetahuan maupun aspek ketrampilan dan sikap, sebagai hasil dari proses pendidikan.
 3. Pendekatan
Sehubungan dengan aspek-aspek hasil belajar yang perlu dievaluasi, model ini tidak membatasi alat evaluasi hanya pada tes tertulis atau paper and pancil test saja. Carrol misalnya, menyebutkan perlunya digunakan alat-alat evaluasi lain seperti tes perbuatan dan juga observasi.
Dalam menilai hasil belajar yang mencakup berbagai janis sebagaimana yang tercantum dalam rumusan, tujuan-tujuan pendidikan yang ingin dan perlu dicapai, model ini menganut pendirian bahwa berbagai kemungkinan alat evaluasi perlu digunakan. Dengan kata lain, hakikat dan tujuan-tujuan yang ingin dicapailah yang akan menentukan jenis-jenis alat evaluasi yang akan digunakan.
 Ada dua hal penting yang perlu dikemukakan mengenai pendekatan evaluasi yang dianut oleh model ini :
Pertama, berhubung yang akan dinilai disini adalah perubahan tingkah laku siswa setelah menempuh suatu kegiatan pendidikan tertentu, perlu adanya evaluasi sebelum dan sesudahnya kegiatan pendidikan berlangsung dilaksanakan. Dengan kata lain, model ini menyarankan digunakan prosedur pre dan post test untuk menilai hasil atau gains yang dicapai siswa sebagai akibat dari kegiatan pendidikan yang telah diikutinya.
Kedua, model ini tidak menyarankan dilaksanakannya apa yang disebut evaluasi perbandingan untuk melihat sejauh mana kurikulum yang baru lebih efektif dari kurikulum yang ada. Bahkan, lebih jauh dari itu, model ini cenderung untuk tidak menyetujui diadkannya evaluasi perbandingan ini. Karena itulah baik Tyller maupun Cronbach lebih mengarahkan peranan evaluasi pada tujuan untuk memperbaiki kurikulum atau sistem pendidikan.
Akhirnya, mengenai langkah-langkah yang perlu ditempuh didalam proses evaluasi menurut model ini, Tyller mengajukan 4 langkah pokok yaitu:
a. Merumuskan atau mempertegas tujuan-tujuan pengajaran
b. Menetapkan ”test situation” yang diperlukan
c. Menyusun alat evaluasi
d. Menggunakan hasil evaluasi
 C. Educational System Evaluation Model
 1. Hakikat Evaluasi
Evaluasi, menurut model ini dimaksudkan untuk membandingkan performance dari berbagai dimensi system yang sedang dikembangkan dengan sejumlah kriteria tertentu, untuk akhirnya sampai pada suatu deskripsi dan judgement mengenai sistem yang dinilai tersebut.
Ada beberapa hal didalam isi pandangan diatas yang perlu digaris bawahi dan diuraikan lebih lanjut mengingat pentingnya hal-hal tersebut didalam konteks pandangan tentang evaluasi yang dinut oleh model ini :
a. Dengan mengemukakan ”berbagai dimensi sistem” model ini menekankan pentingnya sistem sebagai suatu keseluruhan dijadikan objek evaluasi, tanpa membatasi hanya pada aspek hasil yang di capai saja, melainkan dimensi-dimensi lainnya dari sistem yang berpengaruh terhadap hasil yang akan dicapai juga menjadi objek evaluasi dari model yang ketiga ini.
b.  Perbandingan antara performance dan kriteria juga merupakan salah satu inti yang penting dalam konsep evaluasi menurut model ini. Yang penting disini adalah bahwa untuk setiap sistem pendidikan yang sedang dikembangkan itu perlu ditetapkan dengan tegas kriteria yang akan dijadikan ukuran dalam mengevaluasi performance dari masing-masing dimensi tersebut.
c.  Akhirnya, model ini berpandangan bahwa kegiatan evaluasi ttidak hanya berakhir pada suatu deskripsi tentang keadaan dari sistem yang telah dinilainya, melainkan harus sampai pada suatu judgemen mengenai baik-buruknya, efektif tidaknya, sistem pendidikan yang bersangkutan.
Sebagai kesimpulan, ada empat hal yang perlu dikemukakan mengenai pandangan model yang ketiga ini tentang evaluasi:
Pertama, evaluasi itu ditujukan kepada berbagai dimensi dari sistem yang sedang dikembangkan, tidak hanya dimensi hasilnya saja.
Kedua, Proses evaluasi itu mencakup perbandingan antara performance dan kriteria, baik kriteria yang sifatnya mutlak maupun relatif.
Ketiga, Evaluasi tidak hanya berakhir dengan suatu deskripsi mengenai keadaan sistem yang bersangkutan tetapi juga menuntut adanya judgment sebagai kesimpulan dari hasil evaluasi.
Keempat, Hasil evaluasi digunakan sebagai bahan atau input bagi pengambilan keputusan dalam rangka penyempurnaan sistem maupun penyimpulan mengenai kebaikan sistem yang bersangkutan secara keseluruhan.
 2. Ruang Lingkup
Objek evaluasi didalam model ketiga ini lebih luas yaitu mencakup dimensi peralatan/sarana proses dan hasil atau produk yang diperlihatkan oleh sistem yang bersangkutan.
Stake membagi objek evaluasi atas tiga kategori yaitu antecedents, transactions, dan outcome. Dengan antecedents dimaksudkan adalah sumber/model/input yang ada pada sistem itu dikembangkan, seperti tenaga, keuangan, karakteristik siswa, dan tujuan yang ingin dicapai. Dimensi yang disebut transaction mencakup rencana kegiatan maupun proses pelaksanaannya dilapangan, termasuk kedalamnya urutan kegiatan, penjadwalan waktu, bentuk interaksi antara guru dan murid, cara menilai hasil belajar dikelas, dan sebagainya. Dengan outcomes disini dimaksudkan antara lain adalah hasil yang dicapai para siswa, reaksi guru terhadap sistem tersebut dan efek sampingan dari sistem yang bersangkutan.
Sehubungan dengan ruang lingkup objek evaluasi yang diajukan oleh model yang ketiga ini, jenis-jenis data yang dikumpulkan dalam kegiatan evaluasi menurut model ini mencakup baik data-data objektif (skor hasil tes) maupun data-data subjektif atau judgmental data ( pandangan guru-guru, reaksi para siswa,dan sebagainya). Model evaluasi ini memberikan tempat yang paling bagi pengumpulan judgmental data.
Menurut model ini kenyataan bahwa judgmental itu mengandung unsur-unsur subjektif tidak mengurangi pentingnya hal tersebut dalam proses evaluasi. Yang perlu dilakukan adalah mengembangkan cara yang memungkinkanunsur-unsur subjektif dalam judgment tersebut dapat ditekankan sampai seminimal mungkin.
 Kesimpulan yang dapat kita ambil mengenai ruang lingkup evaluasi yang diajuakn oleh model ketiga ini adalah bahwa :
a) Objek evaluasi dalam rangka pengembangan kurikulum atau system pendidikan mencakup sekurang-kurangnya 3 dimensi, yaitu dimensi peralatan/sarana, proses dan hasil yang dicapai.
b) Sehubungan dengan hal diatas, jenis-jenis data yang diperlukan dalam proses penilaian mencakup data objektif maupun data subjektif (judgment data).


 3. Pendekatan
Ada dua pendekatan utama yang diajukan oleh model ini dalam pelaksanaan evaluasi, yaitu :
a) Perbandingan berdasarkan kriteria intern
Pendekatan yang pertama ini ditempuh pada saat sistem masih berada pada fase pengembangan dan masih mengalami perbaikan-perbaikan. Untuk setiap dimensi sistem (input, proses hasil)  dilakukan evaluasi berdasarkan kriteria yang ada :
1.  Rencana dinilai berdasarkan kriteria rencana yang baik.
2. Proses (pelaksanaan) dievaluasi dari kesesuaiannya dengan rencana yang ada, rencana kegiatan disini berlaku sebagai kriteria.
3. hasil yang dicapai dinilai dari kesesuaiannya dengan tujuan yang ingin dicapai; tujuan disini beralku sebagai kriteria.
Dalam pendekatan ini, kriteria yang digunakan di atas dipandang sebagai kriteria yang mutlak yang telah dirumuskan sebelumnya. Hasil evaluasi yang diperoleh akan dijadikan dasar bagi penyempurnaan rencana, proses maupun peningkatan hasil yang dicapai.
b) Perbandingan berdasarkan kriteria ekstern
Pendekatan yang dikedua ini ditempuh pada saat sistem sudah berada dalam keadaan ”siap” setelah mengalami perbaikan-perbaikan pada fase pengembangan. Kalau dalam pendekatan yang pertama salah satu pertanyaan yang diajukan adalah ”sejauh mana sistem yang dikembangkan itu telah mencapai tujuannya”, Dalam pendekatan yang kedua ini pertanyaan menjadi ”apakah sistem yang baru ini lebih baik dari sistem tang ada sekarang”.
            Dengan mengadakan perbandingan antara sistem yang baru dan sistem yang lama, kita akan mendapatkan gambaran hasil evaluasi yang lebih menyeluruh mengenai sistem baru dari segala seginya. Bahkan lebih jauh lagi, Provus, Skriven, dan Srufflebeamjuga mengemukakan pentingnya evaluasi secara menyeluruh ini mencakup pula evaluasi dari segi biaya (cost analysis) untuk melihat segi efisiensi dari program tang dikembangkan itu.
D. Illuminative Model
1.Hakikat Evaluasi
    Tujuan evaluasi menurut model yang keempat ini adalah mengadakan studi yang cermat terhadap system yang bersangkutan : bagaimana pelaksanaan system tersebut dilapangan, bagaimana pelaksanaan itu dipengaruhi oleh situasi sekolah tempat yang bersangkutan dikembangkan, apa kebaikan-kebaikan dan kelemahan-kelemahannya dan bagaimana system tersebut mempengaruhi pengalaman-pengalaman belajar para siswa. Hasil evaluasi yang dilaporkan lebih bersifat deskriptif dan interpretasi, bukan pengukuran dan prediksi oleh karena itu dalam pelaksanaan evaluasi, model yang keempat ini lebih banyak menekankan pada penggunaan judgement. Atau dangan kata lain, dalam mengadakan evaluasi, model ini berpegang pada semboyan bahwa the judgement is the evaluation.
2. Ruang Lingkup
Sebagaimana halnya model yang ketiga, model yang keempat ini juga mengarahkan kegiatan evaluasinya tidak hanya pada aspek hasil belajar siswa melaikan pada aspek yang lebih luas. Objek evaluasi yang diajukan oleh model ini mencakup :
a)      Latar belakang perkembangan yang dialami oleh system yang bersangkutan ;
b)      Proses pelaksanaan sistem itu sendiri ;
c)      Hasil belajar yang diperlihatkan oleh para siswa ;
d)     Kesukaran-kesukaran yang dialami dari perencanaan sampai dengan pelaksanaannya dilapangan.
3. Pendekatan
Model evaluasi ini mengajukan pendekatan yang merupakan alternatif bagi apa yang disebut sebagai agricultural-botany paradigm, yang selain digunakan dalam ilmu pengetahuan alam juga digunakan dalam eksperimen dalam bidang psikologi. Pendekatan yang digunakan model ini, sebagaimana telah disinggung dalam bagian permulaan, lebih menyerupai pendekatan yang diterapkan dalam bidang antropologi sosial, psikiatri dan jenis-jenis penelitian tertentu dibidang sosiologi.
Cara-cara yang digunakan dalam pendekatan ini tidak bersifat standar melainkan lebih bersifat fleksibel dan selektif.
Sehubungan dengan tujaun dan pendekatan evaluasi yang di anut oleh model ini, ada tiga fase kegiatan evaluasi yang diajukan yang secara berturut-turut disebut :
 Tahap 1 : Observe
 Tahap 2 : Inquiry Further
 Tahap 3 : Seek to explain
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pendekatan yang ditempuh model ini dalam melaksanakan evaluasi terbuka atau open-ended dan dalam melaporkan hasil evaluasi lebih banyak digunakan cara deskriptif  dalam penyajian informasinya.

V. Kesimpulan
A. Measurement Model
1. Hakikat Evaluasi
Menurut model ini, evaluasi pendidikan pada dasarnya tidak lain adalah  pengukuran terhadap berbagai aspek tingkah laku dengan tujuan untuk melihat perbedaan-perbedaan individual atau kelompok, yang hasilnya diperlukan dalam rangka seleksi, bimbingan dan perencanaan pendidikan bagi pera siswa di sekolah. 
2. Ruang Lingkup Evaluasi
Yang dijadikan objek dari kegiatan evaluasi model ini adalah tingkah laku, terutama tingkah laku siswa.
3. Pendekatan Evaluasi
Pendekatan yang ditempuh oleh model ini didalam menilai system pendidikan adalah membandingkan hasil belajar antara dua atau lebih kelompok yang menggunakan cara pengajaran yang berbeda.
B. Congruence Model
 1. Hakikat Evaluasi
Menurut model ini, evaluasi tidak lain adalah usaha untuk memeriksa persesuaian (congruence) antara tujuan-tujuan pendidikan yang diinginkan dan hasil belajar yang telah tercapai. Berhubung tujuan-tujuan pendidikan menyangkut perubahan-perubahan tingkah laku yang diinginkan pada diri anak didik, maka evaluasi yang diinginkan itu telah terjadi. Hasil evaluasi yang diperoleh berguna bagi kepentingan, menyempurnakan sistem bimbingan siswa dan untuk memberikan informasi kepada pihak-pihak diluar pendidikan mengenai hasil-hasil yang telah dicapai.
2. Ruang Lingkup
Objek evaluasi yang dikemukakan dalam model ini adalah tingkah laku siswa, khususnya tingkah laku hasil belajar sebagaimana yang dimaksudkan dalam rumusan tujuan pendidikan. Tingkah laku  tersebut mencakup baik aspek pengetahuan maupun aspek ketrampilan dan sikap, sebagai hasil dari proses pendidikan.
3. Pendekatan Evaluasi
Tyller mengajukan 4 langkah pokok yaitu:
a. Merumuskan atau mempertegas tujuan-tujuan pengajaran
b. Menetapkan ”test situation” yang diperlukan
c. Menyusun alat evaluasi
d. Menggunakan hasil evaluasi
C. Educational System Evaluation Model
 1. Hakikat Evaluasi
Evaluasi, menurut model ini dimaksudkan untuk membandingkan performance dari berbagai dimensi system yang sedang dikembangkan dengan sejumlah kriteria tertentu, untuk akhirnya sampai pada suatu deskripsi dan judgement mengenai sistem yang dinilai tersebut.
2. Ruang Lingkup
Ruang lingkup evaluasi yang diajuakn oleh model ketiga ini adalah bahwa :
a) Objek evaluasi dalam rangka pengembangan kurikulum atau system pendidikan mencakup sekurang-kurangnya 3 dimensi, yaitu dimensi peralatan/sarana, proses dan hasil yang dicapai.
b) Sehubungan dengan hal diatas, jenis-jenis data yang diperlukan dalam proses penilaian mencakup data objektif maupun data subjektif (judgment data).
3. Pendekatan Evaluasi
Ada dua pendekatan utama yang diajukan oleh model ini dalam pelaksanaan evaluasi, yaitu :
a) Perbandingan berdasarkan kriteria intern
b) Perbandingan berdasarkan kriteria ekstern



D. Illuminative Model
1.Hakikat Evaluasi
    Tujuan evaluasi menurut model yang keempat ini adalah mengadakan studi yang cermat terhadap system yang bersangkutan : bagaimana pelaksanaan system tersebut dilapangan, bagaimana pelaksanaan itu dipengaruhi oleh situasi sekolah tempat yang bersangkutan dikembangkan, apa kebaikan-kebaikan dan kelemahan-kelemahannya dan bagaimana system tersebut mempengaruhi pengalaman-pengalaman belajar para siswa.
2. Ruang Lingkup
Objek evaluasi yang diajukan oleh model ini mencakup :
e)      Latar belakang perkembangan yang dialami oleh system yang bersangkutan ;
f)       Proses pelaksanaan sistem itu sendiri ;
g)      Hasil belajar yang diperlihatkan oleh para siswa ;
h)      Kesukaran-kesukaran yang dialami dari perencanaan sampai dengan pelaksanaannya dilapangan.
3. Pendekatan
Model evaluasi ini mengajukan pendekatan yang merupakan alternatif bagi apa yang disebut sebagai agricultural-botany paradigm, yang selain digunakan dalam ilmu pengetahuan alam juga digunakan dalam eksperimen dalam bidang psikologi. Pendekatan yang digunakan model ini, sebagaimana telah disinggung dalam bagian permulaan, lebih menyerupai pendekatan yang diterapkan dalam bidang antropologi sosial, psikiatri dan jenis-jenis penelitian tertentu dibidang sosiologi.


0 comments:

Post a Comment

Copyright @ 2013 Para Pencari Ilmu Dunia Akhirat.