Pada konteks pembelajaran, evaluasi pada umumnya
berorientasi pada tujuan pendidikan yang di dalamnya mencakup beberapa macam
tujuan termasuk tujuan pendidikan nasional, tujuan institusi, tujuan
instruksional umum, dan tujuan instruksional khusus yang di dalamnya mengandung
penampilan (performance). Pada
konteks yang lebih luas, evaluasi kurikulum maupun evaluasi system bervariasi
sesuai dengan pilihan dari evaluator itu sendiri. Pada konteks yang lebih luas,
misalnya evaluasi kurikulum atau system kelembagaan dikenal adanya macam-macam
model evaluasi yang digunakan untuk memudahkan pemahaman tentang evaluasi.
Model secara definisi diartikan sebagai a
likeness that aid on in understanding a structure process used by scientist,
when the phenomena studied would otherwise be undescribable (Good, 1973). Atau sesuatu yang membantu dalam pemahaman
struktur atau proses yang digunakan oleh ahli, ketika fenomena dipelajari
unbtuk dapat diterangkan. Disamping itu, Sukardi (2006) memberikan batasan
tentang model atau paradigma yaitu struktur sejenis berfungsi sebagai
penyederhanaan konsep yang digunakan untuk memeperoleh pemahaman fenomena yang
ingin iterangkan. Jadi dengan mempelajari secara intensif tentang model,
seorang evaluator dapat lebih mudah memahami dan kemudian mengembangkan
evaluasi dalam konteks yang lebih luas yaitu di bidang pendidikan.
Model
evaluasi muncul karena adanya usaha eksplanasi secara kontinu yang diturunkan
dari perkemabngan pengukuran dan keinginan manusia untuk berusaha menerapkan
prinsip-prinsip evaluasi pada cakupan yang lebih abstrak termasuk pada bidang
ilmu pendidikan, perilaku, dan seni. Ada 4 macam model yang dapat dikembangkan
sebagai acuan perkembangan model evaluasi saat ini, diantaranya adalah: Model
Measurement, Congrounce Model, Educational Model, dan Illuminitative Model.
II. POKOK PERMASALAHAN
1. Apa saja model-model
evaluasi?
2. Apa hakekat dari
masing-masing model evaluasi?
3. Apa ruang lingkup dari
masing-masing model evaluasi?
4. Bagaimana pendekatan dari
masing-masing model evaluasi?
III. TUJUAN
1. Agar dapat menyebutkan
model-model evaluasi.
2. Agar dapat mengetahui
hakekat dari model-model evaluasi.
3. Agar dapat mengetahui ruang
lingkup dari model-model evaluasi.
4. Agar dapat menyebutkan
pendekatan dari model-model evaluasi.
IV. PEMBAHASAN
A. Measurement Model
1. Hakikat Evaluasi
Sesuai
dengan namanya, model ini sangat menitikberatkan peranan kegiatan pengukuran
didalam melaksanakan proses evaluasi.
Pengukuran,
menurut model ini tidak dapat dilepaskan dari pengertian kuantitas atau jumlah.
Jumlah ini akan menunjukkan besarnya (magnitude)
objek. Orang ataupun peristiwa yang dilukiskan dalam bentuk unit-unit ukuran
tertentu seperti misalnya menit, derajat, meter, porcentile dan sebagainya, sehingga dengan demikian hasil
pengukuran itu selalu dinyatakan dalam bentuk bilangan.
Dalam
bidang pendidikan, model ini telah diterapkan dalam proses evaluasi untuk
melihat dan mengungkapkan perbedaan-perbedaan individual maupun
perbedaan-perbedaan kelompok dalam hal kemampuan serta minat dan sikap. Hasil
pengukuran mengenai aspek-aspek tingkah laku diatas digunakan untuk keperluan
seleksi siswa, bimbingan, dan perencanaan pendidikan bagi para siswa itu
sendiri.
Dari uraian
diatas dapat di simpulkan, bahwa menurut model ini, evaluasi pendidikan pada
dasarnya tidak lain adalah pengukuran terhadap berbagai aspek tingkah laku
dengan tujuan untuk melihat perbedaan-perbedaan individual atau kelompok, yang
hasilnya diperlukan dalam rangka seleksi, bimbingan dan perencanaan pendidikan
bagi pera siswa di sekolah.
2. Ruang
Lingkup Evaluasi
Yang
dijadikan objek dari kegiatan evaluasi model ini adalah tingkah laku, terutama
tingkah laku siswa. Aspek tingkah laku siswa yang dinilai disini mencakup
kemampuan hasil belajar, kemampuan pembawaan(intelegensi, bakat), minat, sikap
dan juga aspek-aspek kepribadian siswa. Dengan kata lain objek evaluasi disini
mencakup baik aspek kognitif maupun dengan kegiatan evaliasi di sakola, model
ini menitikberatkan pada pengukuran terhadap hasil belajar yang dicapai siswa
pada masing-masing bidang pelajaran dengan menggunakan tes. Hasil belajar yang
dijadikan objek evaluasi disini adalah hasil belajar dalam bidang pengetahuan
(kognitif) yang mencakup berbagai tingkat kemampuan seperti tingkat kemempuan
ingatan, pemahaman aplikasi dan sebagainya, yang evaluasinya dapat dilakukan
secara kuantitatif-objektif dengan menggunakan prosedur yang distandarisasikan.
Program pengukuran hasil belajar yang dilaksanakan secara baik, menurut model
ini, akan dapat memenuhi kebutuhan berbagai pihak yang berkepentingan dalam
pengelolaan proses pendidikan, para pengawas, kepala sekolah, guru, pembimbing,
dan orang tua.
3.
Pendekatan
Alat evaluasi yang lazim digunakan dalam model
evaluasi disini adalah tes tertulis atau paper
and pencil test. Secara lebih khusus lagi, bentuk tes yang biasanya
digunakan adalah bentuk tes objektif yang soal-soalnya berupa pilihan ganda,
mejodohkan, benar salah dan sebagainya.
Sekalipun ada kritikan-kritikan mengenai menggunakan
bentuk-bentuk tertentu dari tes objektif ini, misalnya bentuk benar salah yang
dianggap “lemah”, tokoh-tokoh dari model evaluasi ini tetap berpendapat bahwa
bentuk ”benar-salah” ini masih dapat terus digunakan asal disusun secara baik.
Suatu soal dipandang memiliki daya pembeda yang tinggi
bila berdasarkan analisis hasil percobaan, kelompok siswa yang pandai menjawab
soal tersebut dengan betul, sedangkan kelompok siswa yang kurang pandai
menjawab soal tersebut dengan salah.
Pendekatan yang ditempuh oleh model ini didalam
menilai system pendidikan adalah membandingkan hasil belajar antara dua atau
lebih kelompok yang menggunakan cara pengajaran yang berbeda sebagai variable
bebas. Dalam evaluasi ini, kepada dua/lebih kelompok tersebut diberikan tes
yang sama untuk kemudian dianalisis perbedaan skor yang dicapai oleh
kelompok-kelompok tadi. Analisis
perbedaan skor ini dilakukan dengan menggunakan cara-cara statistic tertentu
untuk dapat menyimpulkan cara cara pengajaran mana yang lebih efektif diantara
cara-cara yang dinilai tadi.
B. Congruence Model
1. Hakikat
Evaluasi
Tyler
menggambarkan pendidikan sebagai suatu proses, yang didalamnya terdapat tiga
hal yang perlu kita bedakan, tujuan pendidikan, pengalaman belajar, dan
penilaian terhadap hasil belajar. Hubungan diantara ketiga dimensi diatas dalam
proses pendidikan digambarkan dalam diagram dibawah ini:
Tujuan pendidikan
(a) (c)
Pengalaman belajar Hasil belajar
(b)
Garis (a) menunjukkan hubungan antara tujuan
pendidikan dan pengalaman belajar, garis (b) menunjukkan antara pengalaman
belajar, dan garis (c) menunjukkan hubungan antara tujuan dan hasil belajar.
Bahwa
menurut model ini, evaluasi tidak lain adalah usaha untuk memeriksa persesuaian
(congruence) antara tujuan-tujuan
pendidikan yang diinginkan dan hasil belajar yang telah tercapai. Berhubung
tujuan-tujuan pendidikan menyangkut perubahan-perubahan tingkah laku yang
diinginkan pada diri anak didik, maka evaluasi yang diinginkan itu telah
terjadi. Hasil evaluasi yang diperoleh berguna bagi kepentingan, menyempurnakan
sistem bimbingan siswa dan untuk memberikan informasi kepada pihak-pihak diluar
pendidikan mengenai hasil-hasil yang telah dicapai.
2. Ruang Lingkup
Berhubung
evaluasi menurut model yang kedua ini dimaksudkan untuk memeriksa persesuaian (congruence) antara tujuan dan hasil
belajar, maka yang dijadikan objek evaluasi adalah tingkah laku siswa. Secara
lebih khusus, yang dinilai disini adalah perubahan tingkah laku yang diinginkan
(intended behavior) yang
diperlihatkan oleh siswa pada akhir kegiatan pendidikan.
Tingkah
laku hasil belajar ini tidak hanya terbatas pada segi pengetahuan (kognitif),
melainkan juga mencakup dimensi-dimensi lain dari tingkah laku yang tergambar
dalam tujuan-tujuan pendidikan.
Sebagai
kesimpulan dari bagian ini dapat dikemukakan bahwa objek evaluasi yang
dikemukakan dalam model ini adalah tingkah laku siswa, khususnya tingkah laku
hasil belajar sebagaimana yang dimaksudkan dalam rumusan tujuan pendidikan.
Tingkah laku tersebut mencakup baik
aspek pengetahuan maupun aspek ketrampilan dan sikap, sebagai hasil dari proses
pendidikan.
3.
Pendekatan
Sehubungan
dengan aspek-aspek hasil belajar yang perlu dievaluasi, model ini tidak
membatasi alat evaluasi hanya pada tes tertulis atau paper and pancil test saja. Carrol misalnya, menyebutkan perlunya
digunakan alat-alat evaluasi lain seperti tes perbuatan dan juga observasi.
Dalam
menilai hasil belajar yang mencakup berbagai janis sebagaimana yang tercantum
dalam rumusan, tujuan-tujuan pendidikan yang ingin dan perlu dicapai, model ini
menganut pendirian bahwa berbagai kemungkinan alat evaluasi perlu digunakan.
Dengan kata lain, hakikat dan tujuan-tujuan yang ingin dicapailah yang akan
menentukan jenis-jenis alat evaluasi yang akan digunakan.
Ada dua hal penting yang perlu dikemukakan
mengenai pendekatan evaluasi yang dianut oleh model ini :
Pertama,
berhubung yang akan dinilai disini adalah perubahan tingkah laku siswa setelah
menempuh suatu kegiatan pendidikan tertentu, perlu adanya evaluasi sebelum dan
sesudahnya kegiatan pendidikan berlangsung dilaksanakan. Dengan kata lain,
model ini menyarankan digunakan prosedur pre dan post test untuk menilai hasil
atau gains yang dicapai siswa sebagai
akibat dari kegiatan pendidikan yang telah diikutinya.
Kedua,
model ini tidak menyarankan dilaksanakannya apa yang disebut evaluasi
perbandingan untuk melihat sejauh mana kurikulum yang baru lebih efektif dari
kurikulum yang ada. Bahkan, lebih jauh dari itu, model ini cenderung untuk
tidak menyetujui diadkannya evaluasi perbandingan ini. Karena itulah baik
Tyller maupun Cronbach lebih mengarahkan peranan evaluasi pada tujuan untuk
memperbaiki kurikulum atau sistem pendidikan.
Akhirnya,
mengenai langkah-langkah yang perlu ditempuh didalam proses evaluasi menurut
model ini, Tyller mengajukan 4 langkah pokok yaitu:
a. Merumuskan atau mempertegas
tujuan-tujuan pengajaran
b. Menetapkan ”test situation” yang diperlukan
c. Menyusun alat evaluasi
d. Menggunakan hasil evaluasi
C.
Educational System Evaluation Model
1.
Hakikat Evaluasi
Evaluasi,
menurut model ini dimaksudkan untuk membandingkan performance dari berbagai dimensi system yang sedang dikembangkan
dengan sejumlah kriteria tertentu, untuk akhirnya sampai pada suatu deskripsi
dan judgement mengenai sistem yang dinilai tersebut.
Ada
beberapa hal didalam isi pandangan diatas yang perlu digaris bawahi dan
diuraikan lebih lanjut mengingat pentingnya hal-hal tersebut didalam konteks
pandangan tentang evaluasi yang dinut oleh model ini :
a. Dengan mengemukakan
”berbagai dimensi sistem” model ini menekankan pentingnya sistem sebagai suatu
keseluruhan dijadikan objek evaluasi, tanpa membatasi hanya pada aspek hasil
yang di capai saja, melainkan dimensi-dimensi lainnya dari sistem yang
berpengaruh terhadap hasil yang akan dicapai juga menjadi objek evaluasi dari
model yang ketiga ini.
b. Perbandingan antara performance dan kriteria juga merupakan salah satu inti yang
penting dalam konsep evaluasi menurut model ini. Yang penting disini adalah
bahwa untuk setiap sistem pendidikan yang sedang dikembangkan itu perlu
ditetapkan dengan tegas kriteria yang akan dijadikan ukuran dalam mengevaluasi
performance dari masing-masing dimensi tersebut.
c. Akhirnya, model ini berpandangan bahwa
kegiatan evaluasi ttidak hanya berakhir pada suatu deskripsi tentang keadaan
dari sistem yang telah dinilainya, melainkan harus sampai pada suatu judgemen mengenai baik-buruknya, efektif
tidaknya, sistem pendidikan yang bersangkutan.
Sebagai
kesimpulan, ada empat hal yang perlu dikemukakan mengenai pandangan model yang
ketiga ini tentang evaluasi:
Pertama, evaluasi itu
ditujukan kepada berbagai dimensi dari sistem yang sedang dikembangkan, tidak
hanya dimensi hasilnya saja.
Kedua, Proses
evaluasi itu mencakup perbandingan antara performance dan kriteria, baik
kriteria yang sifatnya mutlak maupun relatif.
Ketiga, Evaluasi
tidak hanya berakhir dengan suatu deskripsi mengenai keadaan sistem yang
bersangkutan tetapi juga menuntut adanya judgment
sebagai kesimpulan dari hasil evaluasi.
Keempat, Hasil
evaluasi digunakan sebagai bahan atau input bagi pengambilan keputusan dalam
rangka penyempurnaan sistem maupun penyimpulan mengenai kebaikan sistem yang
bersangkutan secara keseluruhan.
2. Ruang
Lingkup
Objek
evaluasi didalam model ketiga ini lebih luas yaitu mencakup dimensi
peralatan/sarana proses dan hasil atau produk yang diperlihatkan oleh sistem
yang bersangkutan.
Stake
membagi objek evaluasi atas tiga kategori yaitu antecedents, transactions, dan outcome.
Dengan antecedents dimaksudkan adalah
sumber/model/input yang ada pada sistem itu dikembangkan, seperti tenaga,
keuangan, karakteristik siswa, dan tujuan yang ingin dicapai. Dimensi yang
disebut transaction mencakup rencana
kegiatan maupun proses pelaksanaannya dilapangan, termasuk kedalamnya urutan
kegiatan, penjadwalan waktu, bentuk interaksi antara guru dan murid, cara
menilai hasil belajar dikelas, dan sebagainya. Dengan outcomes disini dimaksudkan antara lain adalah hasil yang dicapai
para siswa, reaksi guru terhadap sistem tersebut dan efek sampingan dari sistem
yang bersangkutan.
Sehubungan
dengan ruang lingkup objek evaluasi yang diajukan oleh model yang ketiga ini,
jenis-jenis data yang dikumpulkan dalam kegiatan evaluasi menurut model ini
mencakup baik data-data objektif (skor hasil tes) maupun data-data subjektif
atau judgmental data ( pandangan
guru-guru, reaksi para siswa,dan sebagainya). Model evaluasi ini memberikan
tempat yang paling bagi pengumpulan judgmental
data.
Menurut
model ini kenyataan bahwa judgmental
itu mengandung unsur-unsur subjektif tidak mengurangi pentingnya hal tersebut
dalam proses evaluasi. Yang perlu dilakukan adalah mengembangkan cara yang
memungkinkanunsur-unsur subjektif dalam judgment
tersebut dapat ditekankan sampai seminimal mungkin.
Kesimpulan yang dapat kita ambil mengenai
ruang lingkup evaluasi yang diajuakn oleh model ketiga ini adalah bahwa :
a) Objek evaluasi dalam rangka
pengembangan kurikulum atau system pendidikan mencakup sekurang-kurangnya 3
dimensi, yaitu dimensi peralatan/sarana, proses dan hasil yang dicapai.
b) Sehubungan dengan hal diatas, jenis-jenis data yang diperlukan dalam
proses penilaian mencakup data objektif maupun data subjektif (judgment data).
3. Pendekatan
Ada dua pendekatan
utama yang diajukan oleh model ini dalam pelaksanaan evaluasi, yaitu :
a) Perbandingan berdasarkan
kriteria intern
Pendekatan yang
pertama ini ditempuh pada saat sistem masih berada pada fase pengembangan dan
masih mengalami perbaikan-perbaikan. Untuk setiap dimensi sistem (input, proses
hasil) dilakukan evaluasi berdasarkan
kriteria yang ada :
1. Rencana dinilai berdasarkan kriteria rencana
yang baik.
2. Proses (pelaksanaan)
dievaluasi dari kesesuaiannya dengan rencana yang ada, rencana kegiatan disini
berlaku sebagai kriteria.
3. hasil yang dicapai dinilai
dari kesesuaiannya dengan tujuan yang ingin dicapai; tujuan disini beralku
sebagai kriteria.
Dalam
pendekatan ini, kriteria yang digunakan di atas dipandang sebagai kriteria yang
mutlak yang telah dirumuskan sebelumnya. Hasil evaluasi yang diperoleh akan
dijadikan dasar bagi penyempurnaan rencana, proses maupun peningkatan hasil
yang dicapai.
b) Perbandingan berdasarkan
kriteria ekstern
Pendekatan yang
dikedua ini ditempuh pada saat sistem sudah berada dalam keadaan ”siap” setelah
mengalami perbaikan-perbaikan pada fase pengembangan. Kalau dalam pendekatan
yang pertama salah satu pertanyaan yang diajukan adalah ”sejauh mana sistem
yang dikembangkan itu telah mencapai tujuannya”, Dalam pendekatan yang kedua
ini pertanyaan menjadi ”apakah sistem yang baru ini lebih baik dari sistem tang
ada sekarang”.
Dengan
mengadakan perbandingan antara sistem yang baru dan sistem yang lama, kita akan
mendapatkan gambaran hasil evaluasi yang lebih menyeluruh mengenai sistem baru
dari segala seginya. Bahkan lebih jauh lagi, Provus, Skriven, dan
Srufflebeamjuga mengemukakan pentingnya evaluasi secara menyeluruh ini mencakup
pula evaluasi dari segi biaya (cost
analysis) untuk melihat segi efisiensi dari program tang dikembangkan itu.
D. Illuminative Model
1.Hakikat
Evaluasi
Tujuan evaluasi menurut model
yang keempat ini adalah mengadakan studi yang cermat terhadap system yang
bersangkutan : bagaimana pelaksanaan system tersebut dilapangan, bagaimana
pelaksanaan itu dipengaruhi oleh situasi sekolah tempat yang bersangkutan
dikembangkan, apa kebaikan-kebaikan dan kelemahan-kelemahannya dan bagaimana
system tersebut mempengaruhi pengalaman-pengalaman belajar para siswa. Hasil
evaluasi yang dilaporkan lebih bersifat deskriptif dan interpretasi, bukan
pengukuran dan prediksi oleh karena itu dalam pelaksanaan evaluasi, model yang
keempat ini lebih banyak menekankan pada penggunaan judgement. Atau dangan kata lain, dalam mengadakan evaluasi, model
ini berpegang pada semboyan bahwa the
judgement is the evaluation.
2. Ruang Lingkup
Sebagaimana halnya model yang ketiga, model yang
keempat ini juga mengarahkan kegiatan evaluasinya tidak hanya pada aspek hasil
belajar siswa melaikan pada aspek yang lebih luas. Objek evaluasi yang diajukan
oleh model ini mencakup :
a) Latar belakang
perkembangan yang dialami oleh system yang bersangkutan ;
b) Proses pelaksanaan
sistem itu sendiri ;
c) Hasil belajar yang
diperlihatkan oleh para siswa ;
d) Kesukaran-kesukaran
yang dialami dari perencanaan sampai dengan pelaksanaannya dilapangan.
3. Pendekatan
Model evaluasi
ini mengajukan pendekatan yang merupakan alternatif bagi apa yang disebut
sebagai agricultural-botany paradigm, yang
selain digunakan dalam ilmu pengetahuan alam juga digunakan dalam eksperimen
dalam bidang psikologi. Pendekatan yang digunakan model ini, sebagaimana telah
disinggung dalam bagian permulaan, lebih menyerupai pendekatan yang diterapkan
dalam bidang antropologi sosial, psikiatri dan jenis-jenis penelitian tertentu
dibidang sosiologi.
Cara-cara
yang digunakan dalam pendekatan ini tidak bersifat standar melainkan lebih
bersifat fleksibel dan selektif.
Sehubungan
dengan tujaun dan pendekatan evaluasi yang di anut oleh model ini, ada tiga
fase kegiatan evaluasi yang diajukan yang secara berturut-turut disebut :
Tahap 1 : Observe
Tahap 2 : Inquiry Further
Tahap 3 : Seek to explain
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pendekatan
yang ditempuh model ini dalam melaksanakan evaluasi terbuka atau open-ended dan dalam melaporkan hasil
evaluasi lebih banyak digunakan cara deskriptif
dalam penyajian informasinya.
V. Kesimpulan
A. Measurement
Model
1. Hakikat
Evaluasi
Menurut model ini, evaluasi pendidikan pada dasarnya
tidak lain adalah pengukuran terhadap
berbagai aspek tingkah laku dengan tujuan untuk melihat perbedaan-perbedaan
individual atau kelompok, yang hasilnya diperlukan dalam rangka seleksi,
bimbingan dan perencanaan pendidikan bagi pera siswa di sekolah.
2. Ruang Lingkup Evaluasi
Yang dijadikan objek dari
kegiatan evaluasi model ini adalah tingkah laku, terutama tingkah laku siswa.
3. Pendekatan Evaluasi
Pendekatan yang ditempuh oleh
model ini didalam menilai system pendidikan adalah membandingkan hasil belajar
antara dua atau lebih kelompok yang menggunakan cara pengajaran yang berbeda.
B. Congruence Model
1. Hakikat
Evaluasi
Menurut
model ini, evaluasi tidak lain adalah usaha untuk memeriksa persesuaian (congruence) antara tujuan-tujuan
pendidikan yang diinginkan dan hasil belajar yang telah tercapai. Berhubung
tujuan-tujuan pendidikan menyangkut perubahan-perubahan tingkah laku yang
diinginkan pada diri anak didik, maka evaluasi yang diinginkan itu telah
terjadi. Hasil evaluasi yang diperoleh berguna bagi kepentingan, menyempurnakan
sistem bimbingan siswa dan untuk memberikan informasi kepada pihak-pihak diluar
pendidikan mengenai hasil-hasil yang telah dicapai.
2. Ruang Lingkup
Objek
evaluasi yang dikemukakan dalam model ini adalah tingkah laku siswa, khususnya
tingkah laku hasil belajar sebagaimana yang dimaksudkan dalam rumusan tujuan
pendidikan. Tingkah laku tersebut
mencakup baik aspek pengetahuan maupun aspek ketrampilan dan sikap, sebagai
hasil dari proses pendidikan.
3. Pendekatan Evaluasi
Tyller
mengajukan 4 langkah pokok yaitu:
a. Merumuskan atau mempertegas
tujuan-tujuan pengajaran
b. Menetapkan ”test situation” yang diperlukan
c. Menyusun alat evaluasi
d. Menggunakan hasil evaluasi
C. Educational
System Evaluation Model
1. Hakikat Evaluasi
Evaluasi, menurut model ini dimaksudkan untuk membandingkan
performance dari berbagai dimensi
system yang sedang dikembangkan dengan sejumlah kriteria tertentu, untuk
akhirnya sampai pada suatu deskripsi dan judgement mengenai sistem yang dinilai
tersebut.
2. Ruang Lingkup
Ruang
lingkup evaluasi yang diajuakn oleh model ketiga ini adalah bahwa :
a) Objek evaluasi dalam rangka
pengembangan kurikulum atau system pendidikan mencakup sekurang-kurangnya 3
dimensi, yaitu dimensi peralatan/sarana, proses dan hasil yang dicapai.
b) Sehubungan dengan hal diatas, jenis-jenis data yang diperlukan dalam
proses penilaian mencakup data objektif maupun data subjektif (judgment data).
3. Pendekatan Evaluasi
Ada dua
pendekatan utama yang diajukan oleh model ini dalam pelaksanaan evaluasi, yaitu
:
a) Perbandingan berdasarkan
kriteria intern
b) Perbandingan berdasarkan
kriteria ekstern
D. Illuminative Model
1.Hakikat Evaluasi
Tujuan evaluasi menurut model yang keempat
ini adalah mengadakan studi yang cermat terhadap system yang bersangkutan :
bagaimana pelaksanaan system tersebut dilapangan, bagaimana pelaksanaan itu
dipengaruhi oleh situasi sekolah tempat yang bersangkutan dikembangkan, apa
kebaikan-kebaikan dan kelemahan-kelemahannya dan bagaimana system tersebut
mempengaruhi pengalaman-pengalaman belajar para siswa.
2. Ruang Lingkup
Objek
evaluasi yang diajukan oleh model ini mencakup :
e) Latar belakang
perkembangan yang dialami oleh system yang bersangkutan ;
f) Proses pelaksanaan
sistem itu sendiri ;
g) Hasil belajar yang
diperlihatkan oleh para siswa ;
h) Kesukaran-kesukaran
yang dialami dari perencanaan sampai dengan pelaksanaannya dilapangan.
3. Pendekatan
Model
evaluasi ini mengajukan pendekatan yang merupakan alternatif bagi apa yang
disebut sebagai agricultural-botany
paradigm, yang selain digunakan dalam ilmu pengetahuan alam juga digunakan
dalam eksperimen dalam bidang psikologi. Pendekatan yang digunakan model ini,
sebagaimana telah disinggung dalam bagian permulaan, lebih menyerupai
pendekatan yang diterapkan dalam bidang antropologi sosial, psikiatri dan
jenis-jenis penelitian tertentu dibidang sosiologi.
0 comments:
Post a Comment