A. Pendahuluan
Cara mengevaluasi atau mengetes yaitu cara mengukur
kemampuan murid setelah proses belajar mengajar selesai. Pertama sekali yang
harus menjadi titik perhatian ialah bahwa cara dan alat evaluasi itu ditentukan
oleh isi TIK. TIK yang dirumuskan dengan benar pasti dapat menunjukkan cara dan
alat evaluasi yang efektif dan efisien. TIK itu berisi salah satu dari tiga
kemungkinan: mengenai pemahaman (kognitif), penerimaan (sikap, afektif), dan
ketrampilan (psikomotor). Karena itu tesnya pun harus sesuai dengan isi itu,
tes pengetahuan, tes sikap dengan skala sikap, tes ketrampilan dengan tes
tindakan (performance test). Hal lain yang harus diperhatikan ialah
luasnya tujuan (bahan) yang akan dievaluasi ada bermacam-macam.
B.
RUMUSAN
MASALAH
1.
Bagaimana merencanakan evaluasi?
2.
Bagaimana menentukan entering behavior?
3.
Apa saja skala penilaian?
4.
Bagaimana distribusi nilai?
5.
Bagaimana standar nilai?
C.
TUJUAN
1.
Untuk mengetahui bagaimana merencanakan evaluasi.
2.
Untuk mengetahui Bagaimana menentukan entering behavior.
3.
Untuk mengetahui beberapa skala penilaian.
4.
Untuk mengetahui bagaimana distribusi nilai.
5.
Untuk mengetahui bagaimana standar nilai.
PEMBAHASAN
INTERPRETASI NILAI / MENGOLAH NILAI
A.
Merencanakan evaluasi dan Menentukan Entering Behavior.
1.
Merencanakan Evaluasi
Nilai akhir
ditentukan dengan cara menjumlahkan rata-rata nilai tes formatif (bulanan)
ditambah dengan nilai tes sumatif kemudian dibagi dua atau (Mf + S) : 2.
Nilai akhir ini
digunakan untuk mengisi rapor, nilai kenaikan kelas, atau digunakan untuk nilai
dalam ijazah. Bila nilai dari post test ikut digunakan dalam
menentukan nilai akhir ini maka nilai yang diambil ialah nilai harian individu,
dengan menggunakan operasi sebagai berikut: nilai rata-rata harian ditambah
dengan rata-rata formatif, lalu dibagi dua atau:
Mp : rata-rata
post test
Mf : rata-rata
tes formatif
S : tes
sumatif
Konsep utama
dalam hal evaluasi adalah bahwa evaluasi haruslah terus menerus dan menyeluruh.
Terus menerus diterapkan dalam bentuk menyelenggarakan tes harian (post test),
tes bulanan (formatif) dan tes akhir program (tes sumatif); menyeluruh
diterapkan dengan menyelenggarakan pengetesan yang ditujukan kepada seluruh
daerah binaan (kognitif, afektif dan psikomotor) ; psikomotor itu mencakup
aspek ketrampilan melakukan dan melakukannya dalam kehidupan(pengalaman). Jadi
pengalaman itu termasuk daerah psikomotor ; namun dapat juga merupakan bagian
dari aspek afektif , bahkan dapat pula termasuk cakup aspek kognitif. Termasuk bagian maupun aspek pengalaman itu,
yang sudah pasti aspek pengalaman ajaran harus dibina oleh pendidik dan arena
itu harus juga dievaluasi. Lebih-lebih bidang studi agama islam.
Pengalaman ajaran
agama tersebut dilakukan di rumah, di dalam masyarakat, dan di sekolah.
Pengevaluasian pun dilakukan pada ketiga tempat pengalaman tersebut. Cara yang
paling sederhana mengevaluasi pengalaman di rumah dan di masyarakat yaitu
dengan cara mengirimkan angket kepada orang tua murid.
S : sumatif
P : nilai pengalaman.
2.
Menentukan Entering Behavior (gambaran tentang kesiapan
siswa).
a.
Masalah kesiapan
Ini yang pertama dan yang paling utama. Teknik yang
paling mudah dalam menentukan kesiapan ialah menyelenggarakan pretest.
Pretest ini bukan mengenai bahan yang akan diajarkan melainkan mengenai bahan
yang mendahuluinya (prerequistite-nya). Tes mengenai penguasaan bahan
dapat mempermudah siswa mempelajari bahan yang akan diajarkan.
b.
Hal kematangan.
Ini adalah konsep yang menyangkut keadaan biologis dan
psikologis yang sering disebut dengan istilah masa peka. Entering behavior
siswa yang menyangkut kematangan dapat ditetapkan dengan cara mengajukan
pertanyaan. Apakah sudah tepat waktunya dengan cara mengajarkan bahan ini
kepada siswa ini?
Kesiapan dan kematangan merupakan dua pertimbangan entering
behavior yang amat erat hubungannya. Siswa yang belum matang (peka) tentu
saja belum siap, tetapi siswa yang belum siap mungkin saja sudah matang.
c.
Perbedaan individu
Yang penting dalam menentukan entering behavior
siswa dalam pengajaran agama islam adalah: perbedaan umum, jenis kelamin, dan
perbedaan paham keagamaan.
d.
Perbedaan individu siswa
Perbedaan individu siswa memang sulit dipakai oleh guru
agama. Teori-teori tentang kepribadian termasuk bagian yang sulit dalam
psikologi. Ada siswa yang kepribadiannya terbuka ada yang tertutup, ada yang
pendiam ada yang lincah, dan sebagainya. Dalam operasinya pengetahuan kita
tentang keadaan kepribadian siswa akan mengilhami keputusan kita mengenai
entering behavior siswa.
Tujuan utama menentukan entering behavior siswa
ialah agar guru dapat menyelesaikan pengajaran yang efektif dan efisien.
Keputusan kita tentang entering behavior siswa akan menentukan pemilihan
materi pengajaran, bentuk interaksi (metode), pemilihan alat, evaluasi, dan
lain-lain.
B.
Skala, Distribusi, dan Standar Penilaian
1.
Beberapa Skala Penilaian
a.
Skala Bebas: yaitu skala yang tidak tetap, adakalanya
skor tertinggi 20, 25, atau 50. Ini
semua tergantung dari banyak dan bentuk soal. Jadi angka tertinggi dari skala
yang digunakan tidak selalu sama.
b.
Skala 1 -10: Dalam skala 1-10, guru jarang memberikan
angka pecahan, misalnya 5,5. Angka tersebut kemudian dibulatkan menjadi 6.
Padahal angka 6,4 pun akan dibulatkan menjadi 6. Jadi dalam rapor akan muncul
dalam satu wajah, yaitu angka 6.
c.
Skala 1-100: Dengan menggunakan skala 1-100, dimungkinkan
melakukan penilaian yang lebih halus karena terdapat 100 bilangan bulat.
d.
Skala huruf: A, B, C, D, E (ada juga yang menggunakan
sampai dengan G, tetapi pada umumnya 5 huruf ini).
2. Distribusi Nilai
Distribusi nilai yang
dimiliki oleh siswa- siswanya dalam suatu kelas didasarkan pada dua macam
standar:
a. Distribusi nilai
berdasarkan standar mutlak
Dengan dasar
bahwa hasil belajar siswa dibandingkan dengan sebuah standar mutlak atau dalam
hal ini skor tertinggi yang diharapkan, maka tingkat penguasaan siswa akan
terlihat dalam dalam berbagai bentuk kurva. Apabila soal-soal ulangan yang
dibuat oleh guru sangat mudah, sebagian besar siswa akan dapat berhasil
mengerjakan soal-soal itu, dan tingkat pencapaiannya tinggi.
b. Distribusi nilai
berdasarkan standar nilai relatif
Dalam hal ini
tanpa menghiraukan apakah distribusi skor terletak dalam kurva juling positif
atau juling negatif, tetapi dalam norm-referenced selalu tergambar dalam
kurva normal.
3. Standar Nilai
Pendapat Gronlund dalam
distribusi nilai ini yaitu: ” skor-skor siswa direntangkan menjadi 9 nilai
(disebut juga Standar Nines atau Stanines). Seperti berikut ini:
Stanines
|
Interpretasi
|
9 (4%)
|
Tinggi (4%)
|
8 (7%)
7 (12%)
|
Di atas rata-rata (19%)
|
6 (17%)
5 (20%)
4 (17%)
|
Rata-rata (54%)
|
3 (12%)
2 (17%)
|
Di bawah rata-rata
(19%)
|
1 (4%)
|
Rendah (4%)
|
Dengan adanya persentase yang ditentukan
inilah maka semua situasi skor siswa dapat direntangkan menjadi nilai 1-9 di
atas.
Selain dengan standar sembilan
(stanines), ada pula yang menggunakan standar enam. Dalam hal ini hanya
berkisar antara 4 sampai 9, yaitu nilai- nilai 4, 5, 6, 7, 8, dan 9.
Persentase penyebaran nilai dengan
standar enam adalah sebagai berikut:
Standar enam
|
Interpretasi
|
9 (5%)
|
Baik sekali
|
8 (10%)
|
Baik
|
7 (20%)
|
Lebih dari cukup
|
6 (40%)
|
Cukup
|
5 (20%)
|
Kurang
|
4 (5%)
|
Kurang sekali
|
a. Standar eleven
(stanel)
Dengan stanel
ini, sistem penilaian membagi skala menjadi 11 golongan, yaitu angka-angka 0,
1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, yang satu sama lain berjarak sama. Tiap-tiap
angka menempati interval sebesar 0,55 SD, bertitik tolak dari Mean: 5.
b. Standar sepuluh
Tahap-tahap
yamg dilalui dalam mengubah skor mentah menjadi nilai berskala 1-10 adalah
sebagai berikut:
1) Menyusun distribusi
frekuensi dari angka-angka atau skor-skor mentah
2) Menghitung
rata-rata skor
3) Menghitung deviasi
standar atau standar deviasi
4) Mentransformasi
(mengubah) angka-angka mentah ke dalam nilai berskala 1-10.
c. Standar lima
Yaitu dengan
menggunakan huruf, tetapi Gronlund tidak menggunakan huruf E, tetapi huruf F
singkat dari Fail (gagal).
KESIMPULAN
A.
Merencanakan evaluasi dan Menentukan Entering Behavior.
1.
Merencanakan Evaluasi
Nilai akhir ditentukan
dengan cara menjumlahkan rata-rata nilai tes formatif (bulanan) ditambah dengan
nilai tes sumatif kemudian dibagi dua atau (Mf + S) : 2. Konsep utama dalam hal
evaluasi adalah bahwa evaluasi haruslah terus menerus dan menyeluruh.
2.
Menentukan Entering Behavior (gambaran tentang kesiapan
siswa).
a.
Masalah kesiapan
b.
Hal kematangan.
c.
Perbedaan individu
d.
Perbedaan individu siswa
Tujuan utama menentukan entering behavior siswa
ialah agar guru dapat menyelesaikan pengajaran yang efektif dan efisien.
Keputusan kita tentang entering behavior siswa akan menentukan pemilihan
materi pengajaran, bentuk interaksi (metode), pemilihan alat, evaluasi, dan
lain-lain.
B.
Skala, Distribusi, dan Standar Penilaian
1.
Beberapa Skala Penilaian
a.
Skala Bebas.
b.
Skala 1 -10
c.
Skala 1-100
d.
Skala huruf (A, B, C, D, E)
2. Distribusi Nilai
a. Distribusi nilai
berdasarkan standar mutlak
b. Distribusi nilai
berdasarkan standar nilai relatif
3. Standar Nilai
Pendapat Gronlund dalam
distribusi nilai ini yaitu: ” skor-skor siswa direntangkan menjadi 9 nilai
(disebut juga Standar Nines atau Stanines).
Selain dengan standar sembilan
(stanines), ada pula yang menggunakan standar enam. Dalam hal ini hanya
bedrkisat antara 4 sampai 9, yaitu nilai- nilai 4, 5, 6, 7, 8, dan 9.
a. Standar eleven
(stanel): yaitu angka-angka 0, 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10, yang satu sama
lain berjarak sama.
b. Standar sepuluh
c. Standar lima: Gronlund
tidak menggunakan huruf E, tetapi huruf F singkat dari Fail (gagal).
daftar pustaka'a kok gk ada ??
ReplyDelete